Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Keroyokan atau Ngeles ala Yusril?

17 Maret 2016   08:46 Diperbarui: 17 Maret 2016   08:52 3176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Praduga tak bersalah, membela kolega dan berkelit dari tanggung jawab. Jelas-jelas ada dua saksi dan bukti, demi kepentingan kelompok, kasus bisa menguap dan lenyap begitu saja. Contoh, bejibun kalau mau mengurai itu, mau artis nyabu, artis main film porno, pejabat maling, selalu saja berkutat demikian yang tidak menyelesaikan masalah, selain menyembunyikan masalah dan kalau lupa, langsung bersorak, suatu hari mengulangi lagi.

Model ngeles, pra peradilan, sakit, lupa, pinjam, atau saya dikorbankan, tentu pola pikir lama yang perlu ditinggalkan. Sikap berani bertanggung jawab, merasa selalu menang dan benar, padahal bukti jelas-jelas memberatkan perlu disadari. Selama ini memang bisa mengelabui, namun sekarang zaman berubah dan tidak lagi pola-pola demikian dipakai. Belum lagi pelaporan pencemaran nama baik yang menjadi hantu hukum di dalam mengungkap kejahatan pejabat.

Jawaban anak-anak, semua juga tahu kog, memang mengeroyok. Tentu akan lebih bijak kalau dikatakan, bukan mengeroyok, kenyataan memang banyak yang memiih dan mendukung saya, dan sudah pasti tahu bahwa parpol memang tidak bertujuan untuk memilih pemimpin bagii masyarakat, namun bagi kepentingan diri mereka dan parpol maish bisa leluasa maling. Soal DKI amburadul mana duli. Tidak berani menjawab bahwa memang mengeroyok karena memang sejatinya ada niatan itu, mau mengatakan itu tahu risikonya yang tidak kecil tentunya.

Mengapa parpol berkumpul di satu grup? Tidak berlebihan kalau ditakan bahwa kambing dan domba akan terpisah dengan sendirinya. Berlebihan juga kalau mengatakan bahwa gerakan Anti Ahok, karena memang belum jelas pula. Ingat ini bukan dukungan atau menabikan Ahok, namun cara bersikap yang kekanak-kanakan seperti ini, apakah tidak menunjukkan kualitas sejatinya? Becanda itu boleh dan bahkan bagus namun tentunya tidak pada sembarang tempat dan peristiwa bukan?

Jawaban yang menunjukkan perasan tidak nyaman namun menguntungkan. Akan lebih elegan kalau mengatakan, kita kan menjual program dan visi-misi, dan ternyata saya yang lebih dipilih. Jelas akan dibantah, mana yang menjanjikan dan memberikan bagi masyarakat atau parpol? Dan beliau tahu persis kondisi itu, tentunya malu lah kalau beliau mengakui hal itu.

Simalakama bagi Pak Yusril, maju dicap pro keadaan makin buruk dengan kinerja dewan DKI dan pola pikir parpol selama ini, belum lagi soal keroyokan. Jika tidak, partainya sendiri tidak bisa mengajukan, mau ikut mandiri, susah juga waktu dan kesempatannya.

Sikap kritis dan tidak mudah lupa perlu ditanamkan di dalam kesadaran masyarakat. Pemimpin yang belum juga nyalon saja sudah main kata, berkelit, dan mengatakan kebenaran sesuai kepentingan itu, apakah itu layak? Tentu pemimpin yang baik itu tutur kata dan perbuatan satu.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun