·        Hidayat Nur Wahid
Sosok tenar, pemilih kuat, mesin parpol bisa berjalan kencang, pemiih fanatik kuat, dan tidak akan lepas. Noda di parpol menjadi penghambat, pengalaman yang lalu juga suara tidak signifikan, bagaimana kecerdasan memilih pasangan tentu akan menentukan. Meskipun juga kembali belum memberikan gambaran jelas mau seperti apa Jakarta. Paling tidak mengatasi kemiskinan, jalan macet, banjir, dan soal birokrasi lebih baik.
·        Ahmad Dani
Tenar, populer di semua kalangan, berani, dan tentu artis yang sangat menjanjikan. Malah mengatakan ide baru soal sarana angkutan umum, namun entah ada atau hanya kata-kata perlu diperjelas. Persoalan adalah parpol pendukungnya belum jelas, ide-ide yang keluar juga bukan cerdas luar biasa masih standar. Menghadapi preman berdasi dan sebagainya belum meyakinkan. Selain di omongan yang kelihatannya cerdas dan berisi itu. Belum ada hal yang bisa dijadikan andalan. Mengelola grupnya sendiri saja terkesal mau menang sendri dan kerja sama yang ingin paling, repot menjadi pemimpin demikian. Arogan dan egois lebih kentara. Berat untuk DKI. Soal terorisme katanya pernah ke Amerika dan jenderal-jnderal di sana manggut-manggut, layak ditunggu kiprahnya, jika ada parpol yang tertarik akan omongannya.
·        Farhat Abbas
Ini hanya mengandalkan keberanian omong namun soal isi tidak perlu diragukan, tidak ada. Mau menggandeng  Dani dan dia harus cagub, jelas omong kosong, sedang mereka bertikai saja tidak pernah usai. Memakai isu Pak Ahok di Kalijodo yang juga tidak memberikan ide baru dan solusi baik. Birokrasi nol, manajemen nol, kontroversi okelah. Penggembira saja paling, jika ada parpol yang mengusung ya sama juga menantang Barcelona dengan tim tarkam yang lagi terbentuk.
·        Desy Ratnasari
Artis yang memiliki tingkat kepopuleran sangat tinggi. Pengalaman politik adalah meskipun juga belum pernah terdengar suaranya. Partai cukupan lah apalagi cra main dua kaki ala mereka. Kecerdasan masih boleh lah untuk Jakarta. Daya tahan menghadapi preman apakah mampu? Juga tata kelola pemerintahan dan management kota dan daerah dengan berbagai kepentingan, apakah bisa dia kelola dengan cepat dan mantap? Pemilihan pasangan sangat menentukan, namun kembali visinya belum ada sama sekali mau dijadikan apa Jakarta ke depan.
Â
Jakarta bukan soal pribadi per pribadi, baik Pak Ahok atau Pak Kamil, atau Bu Risma, namun siapa yang berani meladeni permintaan preman dengan tegas atau uang. Preman berparang atau berdasi sama garang, tidak bisa main-main, sekali lengah habis kembali ke zaman lampau Jakarta, yang kumuh, macet, banjir, dan birokrasi bobrok.
Â