Tentu pernah mengalami digigit nyamuk atau terganggu oleh dengungan nyamuk pas nyenyaknya tidur? Sebel, jengkel, keki, dan perasaan geram dan gemas jadi satu. Apa yang dilakukan, yang paling naluriah ialah meukulnya, ketika tidak kena akan diulangi dengan lebih keras dan sekuat tenaga. Apa yang diperoleh? Nyamuk itu mati atau lepas, yang pasti ialah anggota tubuh kita sakit, baik telapak tangan ataupun tempat yang kita tepuk dengan sekuat daya tersebut.
Dendam dan sakit hati.
Orang memiliki kecenderungan untuk “menyakiti” orang yang dinilai telah membuat urusan dengan kita, bisa menyinggung, melecehkan, atau bentuk melukai apapun itu. Namun benarkah apa yang kita lakukan tersebut sepadan dan benar-benar melukai siapa yang akan kita “balas” tersebut? Atau justru kita yang lebih bertambah sakit? Misalnya, kita mendiamkan orang yang kita benci sebagai pembalasan atas perlakuan yang tidak menyenangkan di masa lalu. Bisa saja orang yang kita diamkan tersebut tetap berbahagia karena tidak tahu sama sekali apa yang kita lakukan. Malah kita kehabisan energi karena harus menghindar ketika bertemu. Tidak bisa bekerja sama karena ada persoalan itu. Selain sakit hati, bisa pula menjadi sakit fisik karena perilaku dendam kita.
Menjaga jarak terhadap peristiwa yang menyakitkan terkadang membantu, dan kita bisa tertawa betapa sepelenya apa yang telah kita lakukan selama ini. Energi terbuang percuma, dan lebih banyak merugikan diri sendiri daripada sebaliknya.
Sama dengan menepuk nyamuk dengan sekuat tenaga, kalau kena matinya juga sama, kalau tidak kena, tangan kita dan badan kita yang panas dan sakit akibat tindakan kita sendiri. Apakah mau memelihara sakit hati, atau mengampuni? Itu tergantung kita sendiri.
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H