Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Korupsi Kondensat, Ironi, Prestasi, Sinergi, atau Pulihkan Nama Diri

6 Mei 2015   07:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:20 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apresiasi tinggi atas kinerja Polri mengusut korupsi penjualan kondensat di SSK Migas, yang berpotensi korupsi pada kisaran trilyun rupiah. Bukan sembarangan masuk pada inti korupsi yang sekian puluh tahun berjalan dengan nyaman sejahtera. Beberapa hal yang patut kita cermati lagi:

1.Ironi.

Ironi bagi negeri, juga polisi dan KPK. Bagaimana tidak, ketika masih banyak orang anak bangsa hidup dengan bergantu santuanan negara dengan KIP, KIS, KI.....lainnya, berdesakan hingga pingsan atau mati, namun ada yang berpesta dari uang yang ada. Ironi lainnya berkaitan dengan kemandulan polisi selama ini berkaitan dengan prestasi mereka soal korupsi. Hampir nihil hasil dari mereka. KPK sebagai bagian yang mendapatkan porsi lebih, telah lebih dahulu mencokok mereka, bahkan hingga puncaknya, di kementerian ESDM, dan rekan sejawat di DPR dengan duet Jero Wacik dan Sutan B. Sudah berketetapan tetap Pak Rudi R.

2.Prestasi, menyedihkan bagi bangsa dan kebanggaan bagi polisi

Prestasi yang sangat menyedihkan bagi bangsa ini tentunya. KPK dan satgas-satgas begituan dibentuk masih juga muncul praktek-praktek yang lain. Bagi kepolisian, lepas dari apriori dan wak prasangka, tentunya ini prestasi tinggi bagi mereka. Nama yang sempat terjatuh bebas bisa sedikit kembali merangkak naik.

3.Sinergi, KPK dan polisi, KPK mencegah dan polisi menindak

Seandainya, sekali lagi ini seandainya, telah ada pembicaraan dan telah ada kesepakatan bahwa KPK berjalan pada ranah pencegahan sedang polisi bagian menindak. Ini lebih realistis dengan kemampuan penyidik dan penyelidik yang melahirkan adalah polisi karena memang kepolisian memiliki sekolah-sekolah polisi negara bahkan sarjana.

4.Pulihkan nama diri, atau pencitraan, buktinya, apakah berani mengorek persitiwa di dalam dengan semangat.

Sangat layak ditunggu adalah pada tahap ini. Bagaimana sikap mereka itu, apakah demi pemberantasan korupsi dan perilaku buruk dari para penegak hukum baik, polisi, jaksa, hakim, ataupun KPK. Bukti sangat sederhana dibuktikan ketika berani menindak dengan tegas bagi anggotanya sendiri, yang berkaitan dengan korupsi diberikan kepada KPK agar tidak ada kecurigaan dan kalau memang pegawai KPK ada masalah dengan kriminalitas, sodorkan saja ke Polri. Kerjasama yang indah akan memberikan kontribusi positif bagi bangsa ini menjadi sejahtera dan minim kejahatan.

Korupsi kondensat ini menjadi seksi karena cepatnya reaksi  bareskrim, sama juga dengan kasus UPS di Jakarta, dan gelora di Bandung yang bisa saja disangkut-sangkutkan ke mana-mana. Perlu penyeimbang agar bareskrim tidak memperoleh tuduhan yang makin mendesak mereka dalam nama buruk lagi. Tentunya polisi memiliki tim yang cerdas untuk bersikap bukan demi kepentingannya saja.

Salam Damai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun