Persoalan Polri belum berakhir, dini hari Bareskrim menangkap salah satu penyidik KPK, yang sejak bertahun lalu menjadi incaran mereka. Polisi yang berprestasi, kemudian menyatakan memilih mengabdi di KPK, bahkan menangkap atasannya yang berbintang dua, ternyata membawanya pada situasi yang sama. Persoalan kriminalisasi atau bukan itu artikel lain. Matahari ganda itu makin terbukti?
Bintang tiga yang sangat moncer membawa Komjen Budi G untuk naik menjadi bintang empat sudah di depan mata, bahkan sudah ada di baju tinggal pengesahan saja yang belum. Cerita menjadi panjang ketika ada KPK yang “merusak” kenyataan itu, ini bukan mimpi. Akhirnya bintang tiga lainnya yang hampir saja puas dengan purna dalam bintang tiga per empat penuh itu tiba-tiba mencorong dan mendapatkan bagiannya dan terjadilah Kapolri Jenderal Badrodin H.
Tawar-menawar terutama politik jelas terlihat dan terasakan, akhirnya Komjen Budi G pun diangkat jadi Polri2, alias wakil Kapolri. Perbicangan panas, apakah tidak akan ada matahari kembar? Jenderal baru Badrodin menyatakan, “Saya Kapolri yang memegang komando.” Selamat dan sepakat Pak Jenderal Kapolri. Apakah demikian ada?
Bareskrim yang kelihatannya memiliki komando yang condong ke Pak Budi G, ada pula konon hubungan pribadi soal anak-anak mereka, itu bukan persoalan yang signifikan, namun menunjukkan kesetiaan ke Pak Budi dengan sepak terjangnya dalam berbalas pantun dengan KPK. Itu sudah banyak dikupas dan dianalisis baik profesional atau amatir di sini.
Menarik adalah setelah pelantikan wakapolri ada dua setengah peristiwa sangat menarik, belum sempat tiga:
1.Penahanan Bambang W, dan melepaskannya kembali
Matahari itu jelas dipertontonkan oleh Bareskrim yang selalu bersikukuh dengan sesuai prosedur, sesuai dengan dua alat bukti, menyusahkan, dan sebagainya. Itu sah dan boleh dipercayai sebagai bahkan syahadat oleh polisi. Namun kembali dilepas setelah ada masukan dari Kapolri. Dua kali Pak Bambang ditangkap dan ditahan kemudian dilepas.
2.Penahanan dan melepaskan kembali Abraham S
Masalah Abraham juga demikian adanya, pemeriksaan kedua diputuskan ditahan dengan berbagai alasan, dan kembali dilepaskan dengan tentu ada kekuatan yang lebih besar menetukan keadaan demikian bisa terjadi.
3.Penangkapan Novel B.
Sekian lama kasus ini dipakai polisi untuk mengutak-atik KPK, masalah kriminalisasi atau bukan, bisa dikupas dalam artikel yang lain tentunya. Menarik adalah menunggu apa yang akan terjadi dengan kasus yang ada ini. Apakah ada kekuatan yang akan melepaskannya, atau tetap ada di dalam tahanan?
Matahari kembar yang dikhawatirkan banyak pihak sepertinya tidak ada ketika Jenderal Badridin menyatakan, "Komando ada di tangan saya," melihat sepak terjang dengan Bareskrim Komjen Budi W ini, kelihatannya makin memperlihatkan dengan jelas dan terbukti. Ada dua kubu, Jenderal Badrodin menghadapi dua bintang tiga, dobel Budi. Bisa-bisa perang bintang dengan enam bintang dua Budi menghadapi bintang empat di tangan Jenderal Badrodin.
Polisi aparat negara yang bekerja demi negara bukan kepentingan pribadi dan institusi. Kalau demikian terus bersikukuh atasan dan angkatan sebagai pedoman akan menelantarkan kepentingan negara dan tentu pemerintah akan terorong jalannya roda pembangunan. Masih banyak kasus yang perlu ditangani kog, mengapa hanya yang berkaitan dengan KPK saja. Sepakat KPK bukan superbodi dan kata Kabareskrim Novel bukan keturuan dewa, namun banyak sekali kasus yang sama mengapa tidak disegerakan untuk ditangani?
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H