Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bima, Belajar Setia dalam Proses Pendidikan

4 Mei 2015   07:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:24 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bima salah satu anggota Pendawa Lima yang ditugaskan oleh sang guru Drona untuk mencari air perwitasari di dasar samudera. Pihak-pihak yang curiga dan tidak suka dengan Drona, meminta Bima untuk membatalkan dan tidak usah memedulikan apa yang gurunya perintahkan. Penipuan dan penyingkiran Bima saja yang menjadi kecurigaan keluarga dan kerabat Pandawa. Bima dibuang dengan cara mencari sesuatu yang tidak ada, dengan risiko akan mati dan tidak kembali. Kekuatan Pandawa jelas sangat berkurang dan bahkan akan runtuh karena salah satu saudara kandung mereka telah mati.

Sikap Bima menunjukkan proses pendidikan yang luar biasa. Pendidikan tidak semata sekolah atau padepokan dalam dunia pewayangan. Sekolah dan padepokan, hanyalah bagian kecil dari suatu proses pendidikan. Tiga komponen penyusun, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. ketiganya bahu membahu dan saling melengkapi. Terutama keluarga, dalam hal ini orang tua sebagai pendidik pertama dan utama yang kedudukannya tidak bisa diganti dan diambil alih oleh siapun. Tidak pula bisa diberikan kepada pihak lain, misalnya sekolah.

Anak didik.

Sikap siswa adalah tekun dalam mempelajari apa yang diajarkan dengan sikap dan budi yang terbuka, sehingga memiliki hati yang teguh dalam berusaha. Sikap dan pemikirn yang terbuka tersebut membawa kepada sikap hormat kepada siapapun, terutama gurunya. Pemikiran yang makin berkembang memberikan siswa untuk memilah dan memilih.

Bima sebagai contoh, menerima pengajaran Drono sama dengan apa yang diperoleh saudaranya termasuk kerabat Kurawa. Sikap penghormatan kepada sang guru, dia tunjukkan dengan pemilihan bahasa, krama inggil, yang menunjukkan bakti dan penghormatan yang besar kepada gurunya. Dia berpikir positif bahwa gurunya tidak akan mengelabuinya dan membawa kebaikan yang harus ia peroleh dengan usaha keras.

Guru itu pendidik bukan semata pengajar

Pengajar itu hanya sebagian tugas guru. Pendidik, salah satu tugasnya adalah pengajar. Guru bukan transfer ilmu semata, kalau demikian Goolge bisa menggantikan. Pendidikan tidak sesederhana mengajar dengan batasan ketat kurikulum yang akan dengan relatif mudah dilakukan banyak orang. Mendidik memerlukan jiwa agar menghasilkan anak yang cerdas, bukan semata pintar. Fasilitator memberikan keleluasaan kepada anak didik dalam belajar dan menyerap ilmu yang bisa dari mana saja.

Bima tentu tahu bahwa ilmu olah kanuragannya hasil gemblengan Drona. Semua sepakat dan menyatakan dengan anggukan kepala persetujuan atas kemampuan Drona dalam mengajar mereka ilmu sebagai bekal di kemudian hari. Permintaan tambahan yang ada maksud itu, bagi Bima bukan masalah dan dinilai sebagai sarana untuk mengembagkan diri lebih jauh.

Keluarga terutama orang tua

Pendidik yang utama dan pertama tentu akan memegang peran yang sangat penting dan sentral. Bagaimana kekhawatiran ibunya, melihat perintah guru yang layak dicurigai itu, Bima tetap pada pendirinnya. Kasih sayang yang tercipta selama mereka kecil, menderita bersama, dan pelarian di dalam menghadapi kelicikan dan keculasan Kurawa dan kawan-kawan menempanya menjadi pribadi yang kuat.

Masyarakat dan lingkungan

Keteladanan dan sifat pendidikan mereka pelengkap bukan mengambil alih dan menguasai. Keteladanan sikap melindungi bagi yang lemah akan memberikan ketenangan dan kekuatan bagi anak yang masih memerlukan bimbingan dan pola serta bentuk kepribadiannnya.

Murid memiliki bekal untuk memilah dan memilih. Apa yang pihak lain sampaikan adalah masukan sedangkan hendak dipakai atau tidak itu adalah tergantung sepenuhnya pada diri peserta didik. Guru, orang tua, dan masyarakat yang telah memberikan yang terbaik tentu tidak akan khawatir para murid salah jalan dan salah pilih. Bila masih ada kekhawatiran, berarti ada yang salah dari bekal yang disiapkan untuk anak. Anak dalam hal ini juga murid tidak salah.

Pilihan Bima yang memegang nasihat kerabat dan ibunya sebagai bekal bukan penghambat memperoleh hasil yang luar biasa. Drona sendiri kaget dan heran karena bukan itu maksudnya. Hasil yang diperoleh oleh murid yang fokus akan hasil, pemikiran positif, dan tidak peduli akan motivasi pihak lain, yang penting adalah usaha dan kerja keras dari dirinya.

Salam Damai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun