Akibat pernyataan dan keputusan Pak Sarpin dalam pra peradilan memang tidak terbukti. Effek apa yang dibuatnya berkaitan dengan penolakannya dalam pemeriksaan KY justru menjadi budaya yang makin sering dilakukan orang yang menghadapi persoalan yang mirip.
DPRD, kami tidak takut Ahok, namun hanya takut pada Tuhan
Anggota DPRD DKI Jakarta yang sedang berusaha untuk menjatuhkan Gubernur Ahok dengan berbagai cara, pernah menyatakan hal demikian, ketika di Pak Ahok menyatakan bahwa DPRD takut dengannya karena tidak jadi mengadakan HMP yang dia nanti-nantikan.
Kepsek SMA di Jakarta yang ditegur Ahok, saya sebagai pengurus federasi dilindungi UU. Bu Kepsek yang sedang memiliki tanggung jawab dalam UN memilih untuk wawancara televisi. Pak Gubernur menegur keberadaan ibu kepala sekolah yang tidak semestinya. Jawabannya ialah beliau sebagai pengurus berhak karena ada dalam naungan UU, dan itu sangat penting. Lupa tanggung jawab beliau yang dibayar oleh APBN adalah untuk mendampingi anak didik saat ujian.
Ketua PSSI kami ada di bawah hukum FIFA, tidak ada kaitan dengan menpora. Benar bahwa PSSI ialah anak kandung FIFA, namun jangan salah kemenpora juga merupakan induk yang menaungi mereka. Benar PSSI paling banyak mengadakan kompetisi, pertandingan, pemasukan keuangan yang luar biasa, namun mana prestasi dari itu semua? Benarkah uangnya itu benar-benar meningkatkan kesejahteraan klub, pemain, dan yang terlibat di dalamnya? Atau malah pengurusnya lebih kaya dari pada pemainnya yang kerja keras? Pemain meninggal dalam keadaan merana, suap meraja lela, dan yang tidak bekerja keras malah bersuka cita dalam kemewahan.
Hakim Sarpin. Benar beliau bertanggung jawab terjadap Tuhan. Itu ranah yang berbeda. Bertanggung jawab juga kepada siapa yang menggaji dong. Seolah benar, religius dengan pernyataan tersebut. Pribadi yang bertanggung jawab dan beriman.
Mengapa ada pernyataan model demikian?
Hal tersebut disadari sebagai kesalahan dan posisi mereka lemah, namun mekanisme mempertahankan diri itu kuat maka keluarlah pernyataan yang pada dasarnya salah, namun tampak benar. Mereka pada dasarnya tahu, namun mereka juga tahu bahwa semua akan lewat dalam waktu yang tidak akan lama.
Pertahanan diri model anak-anak. Bagaimana anak-anak ketika bertikai akan menggunakan otoritas setinggi mungkin dalam pola pikir mereka. Atau ketika saling pamer mereka akan membesar terus ketika rekannya ada yang lebih besar.
Sayang sekali ketika para pejabat baik negara atau bidang lain, dewasa, bahkan sudah senior atau tua, namun sikap kanak-kanak demikian banyak dan mengemuka. Apalagi bekerja dalam dunia pendidikan.
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H