Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jurus Dewa Mabuk Gubernur Ahok

8 September 2014   14:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:19 2418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jurus andalan dalam film-film kung fu dipakai gubernur Ahok dalam berbagai kesempatan. Mabok dari namanya saja sudah kelihatan tidak bisa ditebak apa maunya, hendak ke mana, serangan ini untuk apa dan siapa, tidak ada yang tahu, atau jangan-jangan si pelaku juga tidak tahu.

Berkali-kali Pak Ahok menggunakan jurus ini ketika menjawab pertanyaan krusial dan mendesak.

Pencalonan koleganya Jokowi menjadi presiden dan sisi yang lain ialah pemimpin partai yang mendukungnya menjadi DKI2. Satu kesempatan dia nyatakan Jokowi akan kalah kalau rakyat tahu kinerja gue. Pada saat yang berbeda dengan komunitas berbeda dia akan bersungguh-sungguh menyatakan DKI akan dibangun dengan baik kalau Jokowi jadi presiden. Ungkapan-ungkapan yang berulangkali dengan nada yang berbeda-beda, menjadikan tidak ada satu orangpun tahu apa yang dia mau dengan pernyataannya. Mengenai pilihannya siapa yang didukung jadi presiden juga tidak ada yang tahu.

Persoalan wakil gubernur yang harus mendampinginya. Dia keluarkan pernyataan hari ini Rieke, besok Boy, lusa Sanusi, nanti lain kesempatan Dian Sastro. Berhadapan dengan koran A dia nyatakan Ibu Silviana, menjawab teve B dia katakan Ibu Sarwo, pada kesempatan lain dia pengin dengan siapa lagi. Dengan demikian siapapun akan kebingunan sendiri siapa yang dia maui, dan apa yang hendak dia kerjakan mengenai wakilnya. Spekulasi media menjadi bias dan kehabisan akal.

Hantam dan risiko belakangan. Ketika persoalan demi persoalan satu demi satu keluar dia hantam tanpa kompromi. Kalau bukan jurus mabuk tidak ada jurus yang dipakai untuk langsung berhadapan langsung dan konfrontasi secara langsung head to head.

Dewa mabuk untuk bisa mengeluarkan jurusnya dengan beberapa kriteria dan syarat yang harus dipenuhi. Gubernur Ahok mengerti dengan tepat, maka dia dapat menjalankan jurus maboknya dengan baik di Jakarta. Paling tidak dalam menghadapi pilpres sudah lewat tanpa dia harus ribet dengan salah satu calon presiden. Persoalan-persoalan yang bertumpuk-tumpuk di Jakarta memang ada yang beberapa sudah berhasil dia kendalikan dengan jurus mautnya ini, masih perlu pembuktian selanjutnya.

Tanpa jurus mabuk yang tidak jelas ini, tidak akan mungkin semua dinas ketahuan belangnya. Tanah Abang saat itu masih duet dengan Pak Jokowi. Duet maut yang memporak-porandakan preman demi preman. Baik preman bertato ataupun berdasi. Dinas perhubungan mulai uji kir, bis trans yang amburadul. Persoalan dinas pendidikan yang kacau. Rumah susun yang berbelit-belit. Semua sudah tahu bahwa ada bancaan di semua dinas, karena tidak mabuk pejabat-pejabat sebelumnya diam saja karena enak dan takut risiko.

Berhadapan dengan LSM. Biasanya pejabat itu “takut” dengan LSM dan terkesan “manis” agar tidak “diganggu” selama dia bekerja, berbeda dengan dia, malah dipanas-panasi dan sengaja dibakar agar semua dinas diobok-obok dengan alasan auditor murah bahkan gratis. Mana ada pejabat semabuk ini, di era “waras” dan “sehat” ini?

Tembakan-tembakan jurusnya yang bisa menunjukkan mana musuh mana kawan tampak jelas dia mainkan dengan lihai. Pejabat mana yang berani menunjukkan keminioritasannya yang berganda seperti dia. Nyatanya malah berbuah manis dengan banyaknya dukungan dan harapan akan kinerja dan prestasinya. Jurusnya mengenai capres tahun 19, ternyata banyak mendapat reaksi positif, yang berarti mengenai kedudukan DKI1-nya saat ini secara tidak langsung.

Sering dia lontarkan pernyataan-pernyataan panoptik, dan langsung banyak tanggapan yang merasa tersentil. Reaksi berlebihan dari pihak yang merasa dituduh, padahal dia sama sekali tidak menyerang pihak atau orang itu, malah mengaku dan datang untuk menanyakan atau klarifikasi. Bentuknya macam-macam ada yang melalui media, datang langsung, atau bentuk pembangkangan atas perintah bagi birokrasi.

Nah jurus pamungkas mengenai wakilnya yang perlu ditunggu dengan sabar, jurusnya diarahkan ke mana dan siapa.... Yang jelas kedua belah pihak bisa sama-sama tidak merasa ditinggalkan dan di kesampingkan oleh Sang Gubernur

Jurus-jurus ampuhnya yang masih diasah dinantikan untuk menyelesaikan masalah yang masih mengantre untuk disapu dan disikat oleh tajamnya jurus mabuk Gubernur. Kemabukan yang menghasilkan penyelesaikan persoalan sekian lama telah beristirahat dalam damai.

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun