Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Liga Seri A Riwayatmu Kini

8 Oktober 2014   03:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:58 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tahun ’90-an, penggila bola mana yang tidak kenal dan tahu gegep gempitanya liga Seri A, dengan trio maut Belanda, Ruud Gulit, Marco van Basten, serta Frank Rijkaart. Permainan AC Milan di seri A, Eropa, dan piala Toyota menjadi milik mereka. Trio yang tidak tergantikan dan membawa AC Milan menjadi dream team. Tim impian yang sangat membanggakan. Persaingan yang kompetitif membawa bintang-bintang dunia berbondong-bondong ke sana. Pemain sekaliber Viali, Mancini, dan sekarang menjadi pelatih-pelatih top di liga Eropa, seperti Carlo Anceloti yang menukangi Real Madrid, dia rekan setim trio Belanda tersebut. Trio itu telah mundur setelah menjadi pelatih yang tidak kalah gemerlapnya sebagaimana ketika bermain.

Dua dasa warsa kenangan itu sudah menjadi sejarah. Sekarang liga seri A tidak lagi menjadi ajang dan arena untuk pemain besar berbondong-bondong datang ke sana. Skandal pengaturan skor yang menghebohkan beberapa tahun lalu, membuat liga ini turun pada titik nadir, meskipun timnasnya menjadi juara dunia, namun bukan menjadi daya tarik bagi investor dan pemain kelas dunia untuk merumput di Italia.

Sekian lama, klub-klub Italia tidak bisa melangkah jauh dan mendominasi di tingkat yang lebih tinggi, Eropa. Liga Champion, ataupun Liga Eropa bukan menjadi ajang langganan mereka lagi. Sesekali menghentak dan lalu hilang dalam waktu yang lama. Jatah klub yang bermain di liga champion-pun diambil alih dan diberikan kepada Spanyol telah sekian lama dan belum ada tanda-tanda mampu meyakinkan untuk kembali ke tanah Italia.

Tidak ada lagi pemain fenomenal Italia yang bermain di liga lain, selain Balotelli, dan sayangnya pemain bertalenta tersebut lebih banyak kontroversi dibanding prestasi. Lama sekali tidak terdengar pemain terbaik dunia berasal dari Italia, atau minimal dari liga Italia. Pemain dari luar yang masuk ke Italiapun kebanyakan “buangan” dari Liga Spanyol atau liga Inggris, yang jauh lebih kompetitif, dan atraktif, sehingga membuat pemain terpacu andrenalinnya untuk menengok daratan Spanyol dan Inggris.

Desas-desus pengaturan skor yang masih saja terulang, kemampuan klub-klub yang masih belum selevel masa kejayaan mereka dua dekade yang lalu, dominasi Juventus jauh di atas AS Roma, AC Milan, Napoli, dan Inter yang lama terpuruk di tengah klasemen. Ketika berbicara di kancah Eropa juga hanya numpang lewat, tidak mampu bersaing dengan sengit berhadapan dengan elit semacam Bayern, Barcelona, Madrid, ataupun MU dan MC, atau Chelsea.

Permainan yang tidak semenggairahkan masa emas mereka, terlalu banyak intrik-intrik negatif yang tersaji. Bukti paling nyata adalah pertandingan Juve versus Roma pekan lalu. Mereka pemuncak klasemen sementara dan runner up-nya. Jaminan keren, menarik, dan jual beli serangan dan tekel-tekel smart, pertandingan tensi tinggi namun bersih seharusnya tersaji. Namun sayang masih jauh dari harapan untuk kembali merajai Eropa dan dunia lagi. Tekel keras dan bahkan brutal tersaji, maka tidak heran dua kartu merah dan 6 kartu kuning, menunjukkan kualitas keras dan kasarnya pertandingan itu. Lima gol, tiga dari titik putih, dengan satu yang sangat berbau diving. Teves pemain kelas dunia yang sama sekali tidak mempertontonkan kualitasnya, malah ikut main kayu dan kasar yang jauh dari levelnya. Permainan atraktif dan menarik oleh pemain kelas atas terhalang  dan hilang oleh permainan keras bahkan kasar dari para pemain kedua klub.

Pemain kelas atasnya saja demikian,  bagaimana dengan klub-klub di bawahnya. Level tertingginya penuh dengan emosi, sliding kasar dan kasar, berhamburannya kartu, serta banyaknya pelanggaran-pelanggaran tidak penting, membuat Liga Seri A, masih lama untuk kembali menjadi salah satu liga elit Eropa lagi.

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun