Kehebohan pemerintahan ini bertambah satu lagi, ketika salah satu menteri terbaiknya menyatakan terlalu capek menjadi menteri untuk lima tahun, cukup dua tahun dengan perbaikan yang beliau lakukan, birokrat asli dari kementerian yang bersangkutan bisa menggantikannya. Fenomenal memang ibu yang satu ini, sempat dicibir karena hanya pendidikan SMP, menikah lebih dari sekali, merokok pula di pelataran istana, namun siapa sangka tidak perlu waktu lama langsung membuat jerih banyak pihak, bahkan negara tetangga yang selama ini seenaknya, langsung berubah dan jinak di depannya. Bukan berbicara wacana, namun langsung aplikasi, dan ini pun beribu tekanan menghantam, banyak sisi coba dihembuskan untuk membuatnya mundur dengan berbagai cara.
Salah seorang puteri presiden kedua, yang sedang berlatih menjadi politisi, mengkritik atas “curhatan” ibu menteri, ibu dewan ini menyatakan menjadi menteri tidak boleh sepotong-sepotong, harus tuntas. Kebijakannya pun masih belum memuaskan banyak pihak. Ini memang tugas beliau untuk mengkritisi dan mengawasi kementerian yang bersangkutan. Sah-sah saja pernyataan demikian keluar dari beliau.
Perlu mendengarkan dengan lebih jernih mengapa ada pernyataan capek, lelah, dan jangan lupa ada tambahannya yaitu banyak ditekan dan dibuat-buat berkaitan dengan kebijakannya. Pernyataan dan curhatan yang menarik sebenarnya, bukan langsung direspons secara politis sebagai jangan cengeng atau jangan mengeluh, namun jauh lebih dalam dan menyeluruh betapa buruknya birokrasi dan tata kelola negara ini.
Era yang lalu, menteri bisa sampai berkali-kali, ada yang sampai empat hingga lima kali, tanpa mengeluh lelah. Zaman memang berbeda karena waktu itu, presiden dan kabinet memutuskan semua selesai, tidak akan ada persoalan apalagi penolakan. Kabinet yang baru usai, dua kali saja tidak ada yang mengeluh apalagi minta mundur, sudah ditersangkakan KPK saja masih bertahan dengan berbagai dalih.
Menarik belum genap setahun mengeluh lelah. Lelah tanda bahwa orang memang bekerja keras, bagi yang tidak kerja wajar saja tidak mengeluh karena memang tidak mengeluarkan energi baik pikiran ataupun tenaga untuk berkarya wajar kalau tidak merasa capek dan lelah. Berpindah kementerian satu ke yang lain dengan bangga dan senyam-senyum padahal jelas-jelas tidak punya bekal dan kemampuan, namun sama sekali bukan keluhan. Luar biasa kan?
Mengapa bisa ada keluhan? Karena anehnya negeri ini. Program yang jelas-jelas baik saja masih bisa digorang-goreng sehingga menjadi persoalan. Jelas-jelas kasus hukum saja masih bisa dipersoalkan dan dicari-carikan pembenarannya. Wajar kalau orang yang benar-benar bekerja merasa capek, berbeda dengan orang yang hanya sekedar menjabat tanpa membuat terobosan yang berdaya guna.
Persoalan capek fisik jelas bukan, jauh lebih menarik ialah lelah psikis dan psikologis, terobosan demi terobosan memperoleh kritikan dan bukan dukungan. Seolah-olah bekerja sendirian, dan yang dibela malah merasa dirugikan. Kekacauan demi kekacauan memang telah membuat mana kebenaran dan mana yang salah sumir dan ketika hendak dibenarkan banyak kepentingan yang terganggu merasa terusik dan kemudian membuat tekanan dengan menggunakan segala cara.
Birokrasi yang harusnya berjalan kalau bahasa presiden roda mesin itu bisa bergulir dengan lancar, justru malah ngadat yang membutuhkan dorongan yang luar biasa keras. Belum lagi ganjalan demi ganjalan, ada yang mencoba mengempiskan ban, dompleng sana dompleng sini, sehingga beban makin berat dan itu sangat merugikan jalannya birokrasi. Belum lagi memang roda mesin itu bukan komponen yang pas, tidak heran akan memberatkan pimpinan birokrasi itu.
Sekian lama semua tahu, namun diam saja dan merasa seolah-olah tidak ada persoalan, padahal masalah itu sudah ada di tengah mesin yang cuma mengeluarkan raungan keras namun tidak beranjak. Ungkapan, curhatan penting dari seorang menteri yang jujur dan memang bekerja keras. Perlu mendengarkannya dengan hati bukan telinga politik demi perbaikan negeri yang makin hari makin banyak masalah.
Salam Damai....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H