Akibat hormatnya orang Dayak kepada alam, mereka sebelum mengambil hasil alam terlebih dahulu permisi dengan roh leluhur yang mendiami alam itu. Untuk itu, sebagai ungkapan hormat kepada roh leluhur maka dibuatlah sesajian.Â
Adapun tujuan dari sesajian sebagai ungkapn terimakasih kepada roh leluhur dan Jubata yang telah memberi mereka rezeki. Tampknya masyarakat Dayak selalu berhubungan dengan pemujaan, artinya pemujaan tersebut ingin menjelaskan tatanan peribadatan yang diyakini suku Dayak.Â
Objek pemujaannya adalah makhuk rohani yang sifatnya kekal, yang dipuja turun-temurun. Makhluk rohani tersebut dipercayai sebagai nenek moyang orang Dayak. Subjek pemujaan mereka adalah roh manusia yang terdiri dari nyawa, sumangat atau semangat, ayu, bohol, nent sanjadi, leo Bangkule, dan sukat yang menepati bagian tertentu dalam tubuh manusia.Â
Adapun fungsi ketujuh roh manusia tersebut ialah: nyawa, sebagai permulaan nafas yang dengannya manusia bisa hidup. Sumangat, adalah tenaga roh manusia yang terdapat di alam sadar maupun tidak. Ayu, merupakan kekuatan roh yang membantuk karakter manusia. Sukat adalah kekuatan yang melindungi seseorang dari sakit. Bohol, adalah kekuatan untuk bertumbuh yang dimiliki manusia, ini terletak di garis perut yang berdenyut sampai ke pusar. Leo Bangkule, artinya penyambung nyawa yang terletak di paru-paru. Dan nenet, Sanjadi adalah tali nyawa atau permulaan nafas.Â
Dari keenam roh itu, ada tiga roh manusia yang telah meninggal dunia dapat menyembuhkan seseorang dari penyakit yakni, Bohol, Leo Bangkule, dan Nenet Sanjali. Roh-roh inilah yang biasanya dipanggil dalam Upacara Nyangahatn. Jadi, nilai religius dalam Upacara Nyangahatn adalah mempererat hubungan pribadi dan bersama dengan Jubata dan juga dengan roh leluhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H