Alam adalah bagian dari hidup kita, juga bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi ini. Kalau aku, aku merasa sangat senang berada di tempat terbuka, misalnya saat berada di ladang kami. Ladang kami ini namanya adalah Sidoppak. Sidoppak dekat dengan gunung dan hutan Simarjarunjung. Juga, di sepanjang jalan menuju Sidoppak, ada banyak tanaman liar yang tumbuh. Di sekitar ladang itu, tempatnya masih sangat asri, dengan bentuk alam yang masih terjaga tentunya.
Sebenarnya, dari kampung kami pun, gunung Simarjarunjung dapat dilihat dengan jelas. Bahkan jarak gunung itu ke tempat kami tinggal bisa dibilang cukup dekat. Nah, akan lebih dekat lagi kalau dari Sidoppak, dari ladang kami. Saking dekatnya, tidak jarang kami mendengar suara imbo (sejenis monyet yang mengeluarkan suara imbo, imbo, imbo). Rumornya, imbo ini hanya berada di atas pohon saja dan tidak boleh menyentuh tanah. Aku tidak tahu apakah itu betul atau tidak karena aku pun belum pernah melihat bagaimana wajah si imbo ini.
Para imbo biasanya bersuara kalau matahari sedang terik-teriknya. Hufftt, jelas sekali suara mereka terdengar dari ladang kami. Aku tidak bisa membayangkan kalau-kalau mereka akan datang ke sekitar ladang kami untuk mencari makanan. Di hutan itu bisa dibilang tidak banyak makanan karena di Sidoppak ada banyak sekali monyet yang datang ke ladang warga untuk mengambil apapun yang bisa mereka makan. Misalnya adalah jagung. Mereka sangat suka makan jagung, apalagi kalau jagung itu masih sangat muda.
Ada lumayan banyak orang-orang yang menanam jagung di Sidoppak. Mungkin mereka kehabisan akal ingin menanam apa kecuali jagung. Memang, merawat jagung lebih mudah dibandingkan merawat tanaman lainnya, seperti bawang dan tomat misalnya. Kedua tanaman itu juga membutuhkan modal yang tinggi, mulai dari membeli bibit, membuat penanaman, membeli kompos (kotoran ayam), membeli pupuk kimia, mulsa, pestisida, dan lain-lain. Berbeda dengan tanaman jagung, ya walaupun bibit jagung juga terbilang mahal. Tetapi tidak seberat merawat kedua tanaman itulah.
Dari apa yang terjadi selama ini, aku hanya melihat para monyet makan jagung. Aku belum pernah melihat mereka mencuri tomat maupun bawang warga sekitar. Itu lah yang membuat orang yang berladang di situ tetap menanam tomat dan bawang. Oh iya, tidak semuanya bisa menanam kedua tanaman itu karena biaya yang tinggi tadi. Hanya beberapa orang saja.
Selain bawang dan tomat, ada satu lagi tanaman yang tidak dimakan oleh monyet, yaitu sayur kol. Di ladang kami juga ada tanaman kol. Kol ini hanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk siap panen. Tentu saja merawat tanaman kol ini juga tidak mudah. Harus disemprot menggunakan pestisida sekali dalam seminggu dan harus dilakukan dengan rutin. Kalau tidak, maka daun-daun kol itu akan berlubang karena ulat-ulat yang memakan daun kol itu. Penyemprotan itu bertujuan untuk mencegah ulat/ hama yang dapat merusak kol, dan juga merangsang kol itu supaya cepat berkembang.
Sewaktu masih SMP (Sekolah Menengah Pertama), waktu itu sedang Covid. Jadi, aku membantu orang tuaku menyemprot kol kami di Sidoppaak. Aku semangat saat itu karena tanaman kol itu sangat subur dan besar-besar. Kami memompa sekali seminggu sampai tanaman kol itu siap panen. Tapi sayangnya, waktu itu harga kol sangat murah sekali. Memang begitulah terkadang. Para petani tidak tahu kapan harga tanaman mereka mendapat harga yang mahal. Kalau pas dapat harga, wah beruntung sekali. Tapi kalau mendapat harga murah, terkadang modal pun tidak kembali. Itulah memang kelemahan dari sistem pertanian seperti itu.
Walaupun begitu, para petani di kampungku tidak pernah menyerah untuk menanam kembali tanaman "yang pernah membuat mereka kecewa". Mereka kembali menanam kol, tomat, cabai, bawang, dan yang lainnya. Di sisi lain, juga karena dari situlah mata pencaharian mereka. Seperti orang tuaku misalnya, mereka selalu menanam kol, dengan harapan kol itu dapat tumbuh dengan baik dan mendapatkan harga yang bagus pula bila tiba saatnya panen nanti. Aku juga membantu orang tuaku bekerja ke ladang waktu libur sekolah. Aku sangat suka berada di ladang karena pemandangannya yang indah, suara kicauan burung yang indah, dan udara yang sangat segar. Aku biasanya lebih suka bekerja di sore hari karena matahari yang lebih bersahabat. Juga di kejauhan, aku juga mendengar nyanyian merdu dari para serangga.***