Batak, Suku Ketiga Paling Banyak di Indonesia
Suku Batak secara keseluruhan, berdasarkan informasi yang saya baca dari www.kompas.com/stori yang berjudul: Sepuluh Suku Bangsa Terbesar di Indonesia, merupakan suku ketiga paling banyak jumlahnya, yaitu: 14,798 juta jiwa, berdasarkan data sensus penduduk tahun 2020.
Sepuluh tahun sebelumnya, tahun 2010, berdasarkan data sensus penduduk, jumlah orang Batak adalah sebanyak: 8,432,328 jiwa, dan merupakan suku terbesar ketiga setelah Jawa dan Sunda. Jadi ada pertambahan jumlah orang Batak hampir 6 juta jiwa dalam satu dekade ya.
Berdasarkan kode etnik BPS tahun 2010 itu, etnik Batak terdiri dari tujuh sub etnik. Populasi masing-masing sub etnik adalah sebagai berikut: Batak Angkola (623,214 jiwa), Batak Karo (1,232,655 jiwa), Batak Mandailing (1,742,673 jiwa), Batak Pakpak Dairi (180,393 jiwa), Batak Simalungun (441,382 jiwa), Batak Tapanuli/Sibolga (539,567 jiwa) dan Batak Toba (3,672,443 jiwa).
Badan Pusat Statistik (BPS) sepertinya mempunyai alasan tersendiri mengapa mengkategorikan Tapanuli/Sibolga sebagai satu sub etnik Batak. Di kalangan Batak sendiri, itu tidak lazim. Dari data di atas, kita dapat melihat bahwa dari semua sub etnis itu, jumlah yang paling banyak adalah Toba, paling kecil adalah Pakpak Dairi. Jumlah suku sub etnis Simalungun juga termasuk kecil: 441,382 jiwa, pada tahun 2010. Kita bisa memperkirakan ada kenaikan lebih dari 40% untuk setiap sub etnis itu dalam sepuluh tahun terakhir.
Setelah suku Batak, urutan berikutnya adalah: Suku asal Sumatera Selatan, suku asal Sulawesi, suku Madura, suku Bugis, suku Betawi, Minang dan Melayu.
Suku Batak itu sendiri masih terdiri dari beberapa bagian: Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Angkola, dan Mandailing. Para pemuda dari ke-enam sub etnis ini bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama Jong Batak pada tahun 1926, dua tahun sebelum Sumpah Pemuda lahir pada 28 Oktober 1928. Secara umum, terutama di perantauan, orang-orang yang berasal dari keenam sub etnis Batak ini biasa disebut sebagai Batak saja tanpa membeda-bedakan sub etnis mereka. Walaupun, dalam diri orang-orang Batak, mereka ketat memberlakukan aturan-aturan suku  dan marga dan dalam waktu yang sama orang-orang Batak dari semua sub etnis ini juga memiliki jiwa kesatuan, semacam kepaduan rasa di antara mereka sebagai sesama Batak walau beda sub-etnis.
Mudah memperhatikan keberadaan orang-orang Batak berdasarkan sub etnis mereka. Misal, kalau di pulau Jawa, kita bisa menemukan nama-nama gereja Protestan berdasarkan sub etnis seperti: HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) biasanya mempunyai anggota mayoritas suku Batak Toba; GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) biasanya mempunyai anggota mayoritas suku Batak Simalungun, GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) biasanya mempunyai anggota mayoritas suku Batak Karo, GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola) biasanya mempunyai anggota mayoritas dari suku Batak Angkola, dan GKPPD (Gereka Kristen Protestan Pakpak Dairi) biasanya mempunyai anggota mayoritas dari suku Batak Pakpak. Jadi, ke perantauan, para Batak ini turut serta membawa gereja-gereja suku mereka, tak boleh tinggal.
Berdasarkan data sensus tahun 2010, di kalangan etnik Batak sendiri yang paling banyak jumlahnya, 46.35 persen beragama Islam, 47.30 persen menganut agama Kristen dan 6.25 persen menganut agama Katolik. Sedangkan sisanya sebanyak 0.08 persen terdiri dari agama Hindu, Budha, Khonghucu dan lainnya.