Mohon tunggu...
Paulina Aliandu
Paulina Aliandu Mohon Tunggu... Dosen - sebuah jiwa, seorang peziarah

Sebagai pencinta spiritualitas, saya juga tertarik pada sejarah, filsafat dan politik. Berkecimpung dalam bit-bit digital untuk pembelajaran mesin dalam perjalanan panjang mencapai kebijaksanaan digital.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Pendakian Gunung Karmel : Perbandingan dan Kutipan Kitab Suci tentang Keinginan yang Menyiksa Jiwa (I-7)

29 Desember 2024   10:47 Diperbarui: 29 Desember 2024   11:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bebas dari belenggu (free from pixabay)

Prolog

Himpitan keinginan duniawi membelenggu jiwaku, menancapkan duri kegelisahan, meninggalkan sengatan penderitaan yang membakar jiwaku. Semakin besar keinginan itu, semakin dalam duri itu menancap dan jiwaku semakin jauh dari kedamaian sejati

Pagi ini aku dikagetkan oleh suara cicitan anak burung kutilang yang riang dan jernih. Ah rupanya telur indah berwarna kemerah-jambuan dan bintik halus ungu-abu-abu kemarin yang kulihat telah pecah. Keindahan telur itu harus hancur lebih dulu untuk melahirkan sesuatu yang murni, anak burung yang bersuara jernih dan merdu. Kehidupan baru yang mengingatkan kita bahwa kenyamanan kita di pos ini harus ditinggalkan untuk pemahaman lebih di pos berikut. Telur indah harus lantak demi kehidupan baru yang jernih. Ya, teman pendakianku, kita harus bergegas menapaki rute baru untuk melihat seperti apa kutipan dalam kitab suci memberikan gambaran akan penderitaan jiwa yang terbelenggu akan keinginan duniawi. Ada air, anggur dan susu yang tersedia pada ujung rute pendakian kita.

Baca juga : Keinginan Jiwa yang Membawa Dua Kejahatan Serius

Belenggu Keinginan Duniawi bagi Jiwa

Dalam perjalanan spiritual menuju penyatuan dengan Allah, Santo Yohanes dari Salib menggambarkan dengan mendalam bagaimana keinginan-keinginan duniawi bisa menjadi beban yang tak tertahankan bagi jiwa. Ia mengibaratkan keinginan-keinginan ini sebagai tali-tali yang mengikat jiwa, membelitnya dengan erat hingga tidak ada kelegaan sampai tali itu diputuskan. Seperti yang diungkapkan oleh Daud dalam Mazmur 119:61: "Tali-tali dosa-dosaku, yang adalah keinginanku, telah membelitku." Keinginan-keinginan duniawi ini, jika tidak diatasi, akan menjadi belenggu yang menjerat jiwa, menyulitkannya untuk mencapai kedamaian sejati.

Ketika jiwa memilih untuk beristirahat pada keinginan-keinginan duniawi, penderitaanlah yang akan menjadi ganjarannya. Santo Yohanes dari Salib menggambarkan keadaan ini dengan analogi seorang yang berbaring telanjang di atas duri dan semak berduri, yang mencengkeram, menekan, dan menyakiti jiwa itu. Seperti yang dikatakan Daud dalam Mazmur 118:12: "Mereka mengepungku seperti lebah, melukainya dengan sengatannya, dan mereka menyala-nyala melawanku seperti api di antara duri-duri." Keinginan-keinginan duniawi itu, yang diibaratkan sebagai duri-duri tajam, hanya menambah api kesedihan dan penderitaan yang membakar jiwa.

Santo Yohanes dari Salib juga memberi gambaran tentang seorang petani yang menginginkan hasil panennya, sehingga ia menyiksa dan membebani lembu di bajaknya. Begitu pula, hawa nafsu memperbudak jiwa, menyeretnya untuk bekerja keras tanpa henti demi mencapai apa yang diidamkan. Semakin besar intensitas keinginan, semakin besar pula penderitaan yang ditimbulkan. Santo Yohanes dari Salib menegaskan bahwa penderitaan jiwa akan meningkat sebanding dengan besarnya keinginan dan ambisi yang dikejar. Ini menggema dalam firman dalam Wahyu 18:7 yang menyatakan: "Sebanyak ia telah berusaha untuk meninggikan dan memuaskan keinginannya, sebanyak itu berikan kepadanya siksaan dan kesedihan."

Seperti seorang yang jatuh ke tangan musuh, jiwa yang diperbudak oleh keinginan-keinginannya pun mengalami penyiksaan serupa. Santo Yohanes dari Salib mengingatkan kita akan kisah Samson, hakim Israel yang kuat, yang setelah jatuh ke tangan musuh, kehilangan kekuatan, penglihatannya dicungkil, dan ia dipaksa bekerja di penggilingan (Hakim-hakim 16:21). Samson menjadi simbol jiwa yang dikalahkan oleh keinginan-keinginan duniawi. Keinginan-keinginan itu melemahkan jiwa, membutakannya, dan mengikatnya pada "penggilingan hawa nafsu." Ikatan yang menawan jiwa adalah keinginan-keinginan itu sendiri, yang pada akhirnya menjadi alat penyiksaan yang tak berkesudahan.

Pengosongan Diri Demi Air, Anggur dan Susu Lambang Kedamaian, Kemanisan, dan Kehidupan Sejati

Namun, Santo Yohanes dari Salib dengan penuh kasih mengingatkan kita bahwa pembebasan dari belenggu keinginan ini hanya bisa terjadi melalui pengosongan diri dan penyerahan total kepada Allah. Jalan menuju kedamaian dan kebebasan sejati terletak pada meninggalkan keinginan-keinginan duniawi yang tak terpuaskan dan beristirahat dalam kehendak ilahi yang memberi kehidupan dan kelegaan bagi jiwa. Seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:1--2: "Hai semua yang haus, datanglah kepada air; dan kamu yang tidak memiliki uang, segeralah datang, belilah dan makanlah tanpa uang, anggur dan susu."

Allah menawarkan kepada umat-Nya kepuasan sejati yang tidak dapat ditemukan dalam hal-hal duniawi yang sementara. Santo Yohanes dari Salib menegaskan bahwa Allah, dengan belas kasih-Nya yang tak terbatas, memanggil mereka yang telah lama mencari kepuasan di dunia ini, yang tidak dapat memuaskan kerinduan terdalam mereka. Allah tidak meminta mereka datang dengan perak atau usaha, karena Dia menawarkan apa yang sejatinya dapat memenuhi kebutuhan rohani mereka---"air," "anggur," dan "susu," yang melambangkan kedamaian, kemanisan, dan kehidupan sejati.

Santo Yohanes dari Salib juga mengingatkan bahwa banyak orang menghabiskan perak dan usaha mereka untuk hal-hal yang tidak dapat memuaskan jiwa. Namun Allah mengundang mereka yang datang dengan hati yang terbuka untuk menerima "hal-hal baik yang kamu dambakan," yaitu kepuasan sejati yang hanya dapat ditemukan dalam hubungan dengan-Nya. Pencapaian kelimpahan ini, menurut Santo Yohanes dari Salib, adalah keluar dari semua kesenangan makhluk yang pada akhirnya hanya membawa penderitaan. Sebaliknya, Roh Allah memberi penyegaran yang sejati. Dalam ajakan yang lebih mendalam, Allah berkata melalui Santo Matius 11:28--29: "Datanglah kepada-Ku semua yang bekerja keras dan berbeban berat, dan Aku akan menyegarkanmu, dan kamu akan menemukan istirahat bagi jiwamu."

Santo Yohanes dari Salib mengingatkan kita bahwa Allah memanggil mereka yang dibebani dengan penderitaan dan kekhawatiran akibat keinginan-keinginan duniawi. Allah menawarkan istirahat sejati bagi jiwa mereka yang lelah. Keinginan-keinginan duniawi itu, seperti yang digambarkan dalam Mazmur 38:4, adalah "beban berat yang membebani jiwa." Allah memanggil kita untuk datang kepada-Nya, dengan hati yang hampa dan siap menerima pemberian-Nya yang tak ternilai, yang membawa kehidupan dan kedamaian sejati.

Dengan demikian, Santo Yohanes dari Salib mengajak kita untuk mencari Allah, yang memberi kehidupan dan kedamaian sejati, yang tidak dapat ditemukan dalam hal-hal duniawi yang fana. Dalam kasih-Nya, Allah memanggil kita untuk datang kepada-Nya dan beristirahat dalam kehendak-Nya, yang memberikan kelimpahan rohani yang tiada bandingnya.

Epilog

Air, anggur dan susu, ditawarkan ketika pengosongan keinginan dan tali duniawiku terputus. Kedamaian, kemanisan, dan kehidupan sejati dalam Roh Allah yang memberikan penyegaran, kehidupan dan kelegaan bagi jiwaku. Kuk dan belenggu itu kini telah lepas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun