Prolog
Di tengah distorsi kedagingan, iblis dan keduniawian, nyala cinta telah dipantik Sang Kekasih. Semua mendadak gelap, malam pun merambat, dan semakin pekat
Dalam Pendakian Gunung Karmel Bab yang kedua buku pertama ini, Santo Yohanes dari Salib menggambarkan perjalanan menuju persatuan dengan Tuhan sebagai tiga tahap malam yang harus dilewati oleh jiwa. "Ada tiga alasan mengapa perjalanan ini disebut malam", tulisnya. Malam pertama adalah awal perjalanan, dimana jiwa melepaskan diri dari semua keinginan duniawi, "bagaikan malam bagi semua indra manusia".  Ini adalah penyangkalan dan pemurnian. Malam kedua adalah iman, "sepekat malam bagi pemahaman manusia" karena jalan ini harus dilalui tanpa melihat, hanya percaya, hanya iman saja, iman menjadi malam gelap bagi akal budi dan pemahaman manusia. Ini adalah jalan gelap yang hanya dapat dilalui dengan percaya atau iman. Dan malam ketiga, tujuan akhir perjalanan ini, adalah Tuhan sendiri---"yang sama-sama adalah malam gelap bagi jiwa selama di dunia ini" Dalam kegelapan ini adalah rahasia yang membimbing jiwa menuju pada Yang Ilahi, jiwa menemukan terang sejati, : persatuan dengan Sang Ilahi.Â
Perjalanan jiwa adalah seperti melintasi malam yang sunyi dan gelap. Santo Yohanes dari Salib, dalam menjelaskan simbolisme malam gelap sebagai tahapan perjalanan jiwa menuju persatuan Ilahi. Ia mengangkat kisah Tobias dalam Kitab Tobit untuk menggambarkan tiga malam yang harus dilalui.
Malam Pertama, permulaan malam
"Pada malam pertama, malaikat memerintahkan Tobias untuk membakar hati ikan di dalam api"
Santo Yohanes dari Salib, dalam kebijaksanaannya yang mendalam, menggambarkan transformasi hati manusia sebagai langkah awal menuju persatuan dengan Tuhan. Pada malam ini jiwa yang dinyalakan oleh api cinta merasakan bahwa segala sesuatu yang dulunya tampak mengundang perhatian mulai hilang dari jangkauan indra kita. Malam pertama mulai terjadi ketika dunia mulai memudar dari pandangan kita. Santo Yohanes dari Salib menulis,Â
"Hati yang melekat dan tertuju pada hal-hal duniawi harus dibakar dan dimurnikan dari segala sesuatu yang bersifat makhluk ciptaan, dalam api cinta Tuhan. Dalam penyucian ini, iblis pun melarikan diri, sebab ia hanya memiliki kuasa atas jiwa ketika jiwa tersebut terikat pada hal-hal jasmani dan duniawi"
Melalui api cinta Ilahi, api cinta Tuhan, Santo Yohanes menunjukkan bahwa pemurnian ini adalah panggilan menuju kebebasan rohani, suatu kelepasan dimana jiwa terbebas dari belenggu dunia, keterikatan dan mulai melangkah ke dalam cahaya kehadiran Tuhan.Â
Malam Kedua, tengah malam
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!