Mohon tunggu...
Roland Duting
Roland Duting Mohon Tunggu... Ilustrator - Penulis

"In Malum Veritas"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Papua Merdeka: Rekayasa Komersil Terorganisir!

12 November 2022   21:11 Diperbarui: 14 November 2022   18:20 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi diambil dari facebook

Pernahkah anda berpikir bahwa isu Papua merdeka hanyalah rekayasa komersil yang "memeras" negara? Semacam propaganda yang mengarahkan keuntungan kepada individu/kelompok yang mahir mengendalikannya?

Saya yakin para "perampok" di Papua akan mengecam pertanyaan di atas. Saya pun yakin cuma mereka yang akan mengatakan "tidak" terhadap hipotesis yang saya usulkan ini. Baiklah!

Saya suka menentang kamuflase! Saya muak menonton omong kosong itu di televisi, bahkan perlu saya tegaskan suatu hari orang Papua akan bangkit; mengangkat keadilan dan meledakkan kepala orang asing dengan penuh semangat. Simaklah teka teki berikut.

Hampir setiap hari kita mendengar bahwa Indonesia diancam oleh separatisme Papua Barat. Pada saat yang sama, fenomena ini memaksa negara mengeluarkan uang untuk mengakomodasi proyek pengamanan negara. Triliunan rupiah digelontorkan!

Di hadapan uang sebanyak itu siapakah yang sanggup menjadi malaikat? Hahaha!!! Bahkan tukang bakso sekalipun ikut berpesta di dalamnya. Untuk itulah isu Papua merdeka harus tetap dibuat. Sebab semakin besar negara terancam, semakin besar keuntungan diperoleh.

Bagaimana dengan orang asli Papua? Apa mereka memahami rekayasa yang ada? Tidak!!! Mereka tidak lebih dari sekedar boneka yang dimodifikasi secara detail untuk memperkaya para "perampok" yang datang ke negerinya.

Orang Papua dirancang untuk meneriakkan kata "merdeka" tanpa perlu memahami apa sebenarnya yang mereka butuhkan. Mereka diprovokasi oleh sistem untuk selalu berontak demi menjaga stabilitas proyek komersil yang dikendalikan oleh para "perampok" dengan dalih melindungi Papua.

Saya kira ini saatnya orang Papua berhenti "berteriak". Saatnya mereka membangun hidup dengan cara berbeda. Sebab negara hanya membayar orang-orang licik yang lihai menyerukan "I Love Papua". Cukup!!!Jangan lagi ada yang berpura-pura karena banyak nyawa telah dikorbankan utuk proyek komersil ini.

Seandainya Papua berhenti menyerukan "merdeka", saya yakin itu adalah kejutan yang paling dibenci oleh para "perampok". Kejutan yang akan mengubah segalanya; mengubah peradaban menuju transisi yang lebih jujur dan adil bagi orang Papua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun