Mohon tunggu...
Paulus Arinadenggan
Paulus Arinadenggan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seminaris

Seorang Seminaris yang biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Monastisisme dalam Kehidupan Gereja

30 April 2024   17:30 Diperbarui: 11 Mei 2024   17:26 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Monastisisme memiliki arti "hidup menyendiri". Kata Monastik sendiri berasal dari Bahasa Yunani, yakni monachos, yang berarti menyendiri atau sendiri. Mereka yang menjalani kehidupan monastik disebut "rahib" atau "pertapa". Kehidupan monastik dalam Gereja telah dimulai sejak masa Gereja Perdana. 

Asal usul monastisisme Kristen dimulai pada awal abad ketiga di Mesir. Di bawah pengaruh Bapa Gereja, seperti Klemens dari Aleksandria dan Origenes, sejumlah orang Kristen memilih untuk menarik diri dari kehidupan masyarakat untuk mengabdikan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan dan mengejar kekudusan dan kesempurnaan rohaniah. Dengan melepaskan diri sepenuhnya dari segala harta benda dan keterikatan duniawi, mereka menjalani hari-hari mereka dengan berdoa, berpuasa, bekerja, mempelajari Kitab Suci, dan melakukan latihan pertobatan untuk membersihkan jiwa dan tubuh mereka dari dosa. Di antara para bapa pertapa ini, yang paling terkenal ialah Santo Antonius dari Mesir, salah satu orang pertama yang menerapkan gaya hidup ini. Banyak orang tertarik untuk mengikutinya karena teladan pribadinya dalam hidup dan berdoa. Saat ini, ia dianggap sebagai "Bapak Monastisisme".

Meskipun kehidupan pertapa telah berkembang pesat di padang gurun Mesir, bentuk monastisisme lain juga telah terbentuk. Bentuk monastisisme yang terakhir ini, yang disebut Senobitisme, pada akhirnya akan memainkan peran yang begitu besar sehingga menjadi dasar bagi ordo monastik formal yang didirikan pada tahun-tahun berikutnya. Jenis monastisisme ini terdiri dari sekelompok pria atau wanita yang memiliki pemikiran sama yang berkumpul untuk tinggal dalam sebuah komunitas atau biara di bawah otoritas seorang kepala komunitas atau kepala biara. Santo Pachomius, yang mengorganisasi komunitas monastik pertama di Mesir bagian utara, yang mempunyai tanggung jawab atas perumusan gaya hidup senobit.

Tak lama kemudian, gagasan monastik dengan cepat menyebar ke seluruh negeri Kristen karena banyak orang yang tertarik untuk menekuni jalan menuju kesucian. Santo Basilius Agung sendiri juga memberikan dorongan pada gaya hidup monastik dengan menyumbangkan landasan teologis yang luas pada kehidupan monastik. Lebih jauh lagi, ia memupuk gagasan bahwa komunitas-komunitas seperti ini seharusnya tidak hanya peduli pada pekerjaan namun juga pada pembelajaran. Cara berpikir baru ini membantu meningkatkan daya tarik pada monastisisme. Setelah itu, biara-biara mempunyai peran baru menjadi kontributor penting bagi kehidupan intelektual Gereja. Meskipun kehidupan monastik di Timur berkembang pesat sejak awal, namun di Barat perkembangannya justru memakan waktu yang lebih lama. Struktur kepengurusan yang longgar merupakan salah satu penyebabnya, karena banyak biara di Barat mengikuti peraturan kepala biara masing-masing, sehingga tidak ada keseragaman dalam peraturan biara.

Namun ada seorang biarawan Italia yang membantu menemukan solusi dari permasalahan ini. Ia adalah Santo Benediktus dari Nursia. Sebagai pemimpin biaranya sendiri, ia menulis dan menerapkan peraturan yang sangat berguna namun juga fleksibel yang mencakup prinsip-prinsip panduan kebiasaan biara sebelumnya serta dapat memenuhi kebutuhan praktis sehari-hari para rahibnya. Keunggulan regulanya (Regula Santo Benediktus) yang sedemikian rupa sehingga menyebar dengan cepat ke seluruh Barat, yang juga mendorong berkembangannya Ordo Benediktin sebagai kontributor utama bagi peradaban Eropa. Selain itu, pengaruh regulanya yang begitu besar pada kehidupan di benua Eropa membuat Santo Benediktus mendapat gelar "Bapak Monastisisme Barat".

Dengan sejarah tersebut, kehidupan monastisisme dalam Gereja Katolik memiliki fondasi kuat yang telah diberikan oleh para Bapa Monastisime. Saat ini, ordo monastik terus memainkan peran penting baik di dunia maupun di Gereja. Mereka tidak hanya memberikan kontribusi yang besar terhadap kehidupan intelektual masyarakat dan iman Katolik, yang lebih penting lagi, mereka terus berdoa tanpa henti kepada Tuhan bagi Gereja dan Dunia.

Pax et Bonum!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun