Mohon tunggu...
Paul Sugar
Paul Sugar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berpikir Lateral

15 Februari 2010   09:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:55 2335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengapa seolah-olah seseorang itu nampak banyak memiliki ide-ide baru, sementara orang yang lainnya dengan tingkat intelegensi yang sama tidak? Sejak jaman Aristoteles, pola berpikir logis telah dikenal sebagai salah satu cara paling efektif didalam penggunaan kemampuan berpikir kita. Sementara gambaran tentang lahirnya ide-ide baru nampaknya tidak selalu dihasilkan melalui proses berpikir secara logis. Beberapa orang diantara kita telah menyadari adanya suatu jenis pola berpikir yang lain, yang khususnya dengan amat mudah kita kenali ketika pola itu membawa kita kepada berbagai ide-ide sederhana yang baru nampak jelas setelah kita pikirkan kembali bagaimana kita sampai pada hasil tersebut.

 

Edward de Bono memperkenalkan istilah "berpikir lateral" untuk menjelaskan pola berpikir tersebut, sementara pola "berpikir vertical" digunakan untuk menjelaskan tentang proses berpikir logis yang konvensional. Pola berpikir lateral bukanlah merupakan suatu formula ajaib yang baru, melainkan hanyalah suatu cara untuk memanfaatkan otak kita yang lebih kreatif dan agak berbeda dari biasanya.

 

Ada satu cerita yang sangat menarik dalam salah satu buku Edward de Bono yang dapat mengilustrasikan pola berpikir lateral ini dengan cukup menghibur.

Dahulu kala, pada saat dimana seseorang yang berutang itu dapat dipenjarakan karena utangnya, seorang saudagar di kota London menderita nasib sial, sehingga ia terpaksa berutang dalam jumlah yang cukup besar kepada seorang lintah darat. Sang lintah darat yang berwajah jelek dan sudah tua itu, ternyata jatuh hati kepada gadis remaja anak sang saudagar tersebut. Oleh karena itulah ia menawarkan suatu usul, dimana ia mengatakan bersedia untuk membebaskan utang sang saudagar itu, asal saja ia boleh mendapatkan gadis tersebut sebagai penggantinya.

 

Tentu saja baik sang saudagar maupun anak gadisnya itu, keduanya merasa terancam dengan usulan tersebut. Oleh karena mereka ragu-ragu, maka lintah darat yang licik itu pada akhirnya mengusulkan agar pihak yang berwenanglah yang akan memutuskan hal itu. Ia mengajukan usulan kepada yang berwenang bahwa ia akan menaruh dua buah kerikil, yang satu berwarna hitam dan yang satunya lagi berwarna putih kedalam sebuah kantong uang yang kosong. Selanjutnya anak gadis saudagar tersebut harus mau mengambil salah satu kerikil di dalam kantung. Seandainya dia mendapat kerikil yang hitam, maka ia harus bersedia menjadi istrinya dan hutang ayahnya dibebaskan. Sedangkan apabila ia mendapat yang putih, maka Sang gadis dan utang ayahnya akan dibebaskan. Namun seandainya ia menolak tawaran tersebut maka ayahnya akan dijebloskan kedalam penjara, dan tentu saja sang gadis akan menderita.

 

Dengan perasaan enggan pada akhirnya sang saudagar itu terpaksa menyetujui tawaran tersebut. Mereka berdiri diatas jalanan kerikil yang membelah taman milik sang lintah darat itu, sementara sambil berbincang-bincang sang lintah darat berhenti sejenak dan mengambil dua buah kerikil. Sementara ia mengambil kerikil itu, mata yang tajam dan penuh ketakutan dari sang gadis itu melihat bahwa ternyata lintah darat yang licik itu mengambil dua buah kerikil yang berwarna hitam kedua-duanya dan segera memasukkannya kedalam kantung uang. Selanjutnya ia segera meminta gadis itu untuk memilih kerikil tersebut guna menentukan peruntungan bagi dirinya dan juga bagi ayahnya sendiri.

 

Sekarang bayangkanlah seandainya anda yang berada di dalam situasi tersebut, apa yang akan anda lakukan seandainya anda yang menjadi gadis malang tersebut?

Seandainya anda harus memberi nasihat kepada gadis itu, apa saran yang akan anda berikan kepadanya?

Silahkan coba... 

[Jawaban ada di Berpikir Lateral jilid 2]

http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/16/berpikir-lateral-bag-2/

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun