Ini bukan hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan,
hanya kumpulan sharing sedikit pengalaman dari teman-teman,
mohon maaf kalau tidak berkenan.
Â
Konon, sewaktu KILAT masih remaja, kegesitan, kerampingan, dan kefleksibelannya langsung tercium para hidung pengguna internet yang belang maupun tidak. Dalam menikmati keperawanannya, mereka menjadi marketer relawan pemuji penghimbau penyaran sekaligus pemakainya. Maka keelokannya menyebar bagai virus marketing. Laku keras dipoliandri tampaknya membuatnya kelabakan terengah-engah kecapaian kelelahan mungkin kaget terkejut tak siap. Sabame, Satu bandwidth rame-rame, akhirnya tidak gesit, lambat lamban.
Â
Hidung pengguna internet yang belang maupun tidak tetapi tajam, langsung mencium dara yang baru merekah, AYAMTOO yang memanggil-manggil "aku juga ... aku juga...". Sejarah berulang, Gesit, cekatan, cepat, lebih ramping, flexible, menyenangkan, dipuji, direkomendasi, dipoliandri, keteter, kelabakan, lamban, lambat, , baru rencana mau nambah bandwith (katanya), belum sempat, drop, harus browsing diatas jam 12 malam, mati berkali-kali.
Â
Si LAJU, yang sudah melaju lebih dulu, baru reinkarnasi, ada pelebaran jalan, melaju lagi dengan kelajuan penuh setelah sebelumnya turun ke sawah.
Demikian berulang secara periodik layaknya sebuah grafik fungsi sinus, naik, turun, naik lagi, jeblok lagi, top lagi, dst.
Â
Makin pintar pula karena ada si PINTAR dkk ikut nimbrung dengan desas desus kecepatan turbo, namun apakah tetap linier, atau kembali membuat grafik sinus, belum tau kepintarannya.
Karena itu ada rekomendasi aneh tapi kadang benar : kalau semua memuji Merk A, hati-hati, karena sebentar lagi kemungkinan akan macet, sedangkan merk yg sekarang dicaci, kemungkinan mulai lancar, karena sudah ditinggalkan para pelanggannya, atau bisa juga sudah ditingkatkan kinerjanya (supaya tulisan ini kelihatan agak positif).
Â
Mudahnya memang melakukan poligami saja, jika yang satu sedang "datang bulan", bisa pakai yang lain. Namun ini berarti biaya tambahan, makin banyak "calon" yang mau dilamar, makin besar biayanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H