“Life Begins at Forty”. Frasa berbahasa Inggris ini mungkin cukup populer bagi kita. Tidak tahu persis kapan dan siapa yang menemukannya pertama kali. Namun frasa ini menjadi populer ketika Walter B. Pitkin menjadikan itu sebagai judul buku non fiksinya yang ditulis pada tahun 1932. Bahkan buku tersebut menjadi buku non fiksi terlaris di Amerika Serikat pada tahun 1933 dan 1934.1
Dikutip dari sebuah sumber, arti dari frasa “life begins at forty” ini adalah “life begins to be better in one's middle age”.2Jika diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia, maka bisa diartikan: hidup mulai lebih baik saat seseorang memasuki usia pertengahan. Atau dengan kata lain, usia 40 tahun adalah usia dimana seseorang dianggap sudah banyak makan asam garam pengalaman hidup sehingga (diharapkan) akan lebih bijaksana dalam menapaki sisa hidupnya ke depan.
Sebagian orang (mungkin) ada yang mengamini frasa ini. Barangkali salah satunya adalah John Lennon—pentolan grup musik legendaris The Beatles yang terkenal itu. Mungkin karena terinspirasi oleh frasa ini, dia kemudian membuat sebuah lagu dengan judul yang sama pada tahun 1980 (tepat di usianya ke 40 tahun).3 Namun entah suatu kebetulan atau tidak, di tahun yang sama pula dia meninggal—tentu saja dia urung menikmati hidupnya yang lebih baik pada usia 40. Frasa ini sepertinya juga tidak berlaku bagi Paul Walker. Seperti yang kita ketahui bersama, aktor yang terkenal lewat film Fast & Furious tersebut harus rela meninggalkan dunia ini pada usianya yang ke-40 tahun akibat kecelakaan mobil yang menimpanya—dia juga urung memulai hidup yang lebih baik di usia 40.
Ya, terlepas dari adanya orang yang mengamini frasa tersebut atau tidak, bagi saya pribadi, awal hidup “yang sebenarnya” adalah ketika seseorang “mengenal” siapa pencipta-Nya dan tahu tujuan kenapa dia diciptakan. Itu berarti umur untuk “memulai kehidupan yang lebih baik” sebenarnya tidak bisa dipatok—bisa jadi 20, 30, 40, 50 tahun—tergantung kapan kita “mengenal” Sang Pemilik hidup. Ketika kita sudah “mengenal” Sang Pemilik hidup sebenarnya, di saat itulah awal “hidup yang baik” itu dimulai. Tentu akan lebih baik jika itu terjadi saat kita masih di usia muda, 20 tahun misalnya.
Seandainya proses “pengenalan” itu terjadi di usia muda, kesempatan kita untuk bisa bisa menikmati arahan “hidup yang lebih baik” dari Sang Pencipta tentu lebih besar. Namun kalau seandainya pun “pengenalan” itu terjadi saat usia kita memasuki masa pertengahan—misalnya 40 tahun—hal itu juga tidak jadi soal. Tidak perlu kita menyesali perjalanan hidup di masa-masa sebelumnya. Justru kita harus beryukur karena masih diberi kesempatan oleh Dia untuk menikmati “hidup yang lebih baik” meskipun agak “telat”. Ya, kesempatan dan waktu memang tergantung dari Sang Pencipta.
Tak seorang pun dari kita yang tahu kapan waktu “hidup yang lebih baik” itu dimulai. Tak seorang pula dari kita yang tahu kapan masa “hidup yang lebih baik” itu akan berakhir. Hanya Tuhan yang tahu. Di akhir tulisan ini mungkin tidak ada salahnya kalau saya sedikit memuntir frasa populer di atas menjadi “Life (not always) Begins at Forty”.
1Silakan lihat dalam situs: http://en.wikipedia.org/wiki/Life_Begins_at_Forty
2Silakan lihat dalam situs: http://www.phrases.org.uk/meanings/life-begins-at-forty.html
3Silakan lihat dalam situs: http://en.wikipedia.org/wiki/Life_Begins_at_40
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H