Dampak penyebaran SARS-CoV-2 atau yang lebih dikenal dengan virus Corona benar--benar dirasakan cukup signifikan pada hampir seluruh aktivitas yang dilakukan masyarakat Indonesia.Â
Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus pasien terinfeksi COVID-19, Pemerintah Republik Indonesia telah mengimbau masyarakat untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah, alias mengurangi aktivitas di luar rumah dan tempat umum. Ini juga yang dinamakan social distancing atau pembatasan sosial.
Dampak pembatasan sosial sangat besar untuk mencegah, menahan, memperlambat penularan virus lebih banyak, serta melindungi orang yang sakit dan orang yang sehat. Sejak tulisan ini diturunkan, Pemerintah kembali mengupdate perkembangan virus corona di Indonesia. Sejauh ini, sudah ada 514 pasien yang tersebar di Indonesia. Dari data sebelumnya, terdapat penambahan 64 kasus baru. Data terbaru ini per Sabtu (21/3) pukul 15.30 WIB. Semoga pandemi virus corona ini lekas berakhir.
Secara khusus penulis ingin menyapa para warganet, karena bertepatan hari ini tanggal 22 maret 2020 adalah hari minggu. Siapakah dari antara kita yang mengikuti Ibadah Online? Atau dalam bahasa kerennya Sunday Service, Online service, Worship From Home. Pembaca boleh menambahkan kata lain dari Ibadah Online di kolom komentar. Rata--rata jawaban dari warganet adalah mau tidak mau mematuhi Instruksi dari Pemerintah untuk beribadah dirumah, ini demi kemasalahatan orang banyak di negara kita tercinta.
Seluruh kegiatan peribadatan yang biasanya aktif diselenggarakan gereja kini ditiadakan sementara hingga akhir maret 2020 dengan catatan tergantung situsiasional yang ada di Indonesia. Ibadah Online kini menjadi jurus ampuh demi menjaga harmonisnya hubungan kita dengan yang Mahakuasa dan kepada sesama. Penulis sendiri begitu antusias mengikuti aktivitas Ibadah Online sejak COVID-19 merebak di wilayah Indonesia.
Jika ditarik ke belakang, sesungguhnya sewaktu kecil penulis pernah beberapa kali menonton langsung acara rohani yang ditayangkan langsung oleh salah satu Tv Swasta Di Indonesia. Â Acara ini identik dengan gaya khotbah yang kemudian mengkidungkan pujian dengan lagu bergenre country. Dalam khotbahnya selalu menggunakan bahasa Inggris dan didampingi penerjemah, ya dia adalah Pendeta Rev. John Hartman. Beliau seolah mengingatkan kembali memori kita tentang bagaimana Ibadah Online di tengah merebaknya COVID-19. Dengan gaya bahasa yang terkadang meledak-ledak dalam berkhotbah membuat gairah dalam berdoa dan bernyanyi pun meningkat.
Seiring berjalannya waktu, acara rohani atau yang dikenal dengan Ibadah Online di Tv kurang begitu diminati walaupun dalam praktiknya masih ada. Penulis dapat mengambil beberapa contoh media yang dapat digunakan dalam Ibadah Online, media sekarang sangat bervariasi. Seperti halnya Work From Home, media yang digunakan pun sama contohnya Whatsaap, Facetime, Slack, Skype, Google Meet. Namun tidak ketinggalan  media yang sangat digandrungi dalam Ibadah Online, yaitu Youtube. Karena sifatnya yang umum Youtube sebagai media platform yang tidak dapat terpisahkan dalam setiap gawai, sangat mudah diakses oleh siapa saja dan dimana saja.
Dalam tulisan ini penulis ingin membagikan pengalaman pertama mengikuti Ibadah secara Online melalui Youtube kepada segenap pembaca. Setelah beberapa menit memilih secara acak akhirnya penulis menemukan salah satu channel Youtube. Â Impressions pertama beribadah secara online cukup memenuhi kebutuhan kita akan rohani. Yang pertama channel tersebut memberikan beberapa instruksi diawal, layaknya ibadah seperti biasa di Gereja, terlebih dahulu kita mempersiapkan hati dan pikiran, mengikuti ibadah secara seksama, menonaktifkan notifikasi hp/laptop/tab selama 1-2 jam kedepan dan tetap memberikan persembahan secara online.
Channel ini juga menginformasikan aplikasi yang dapat digunakan khususnya untuk para jemaat yang terdaftar untuk mengetahui seluruh informasi terbaru seputar pelayanan yang diperbaharui setiap satu minggu. Khusus untuk persembahan dan persepuluhan dapat juga diakses melalui aplikasi yang telah disediakan ataupun melalui Dompet Digital (e-wallet) seperti ovo, dana, gopay, link aja, dan go mobile.
Namun seperti ada pepatah "tak ada gading yang tak retak" dibalik berbagai aturan yang diberikan. Penulis tidak mengetahui apakah kita sependapat atau tidak. Disaat kekhusyukan pikiran dan hati kita dalam beribadah, ada sebuah kejadian yang nampaknya cukup mengganggu, yaitu munculnya iklan.Â