Mohon tunggu...
Patta Hindi
Patta Hindi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Sulawesi Selatan, tapi tumbuh kembang di Kendari Sulawesi Tenggara I Mengajar di Universitas Swasta I fans klub Inter Milan I blog http://lumbungpadi.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Galau

17 Januari 2012   08:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:47 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326788690598718722

[caption id="attachment_156202" align="aligncenter" width="597" caption="Ilustrasi *Art Jogja 2011"][/caption] GALAU. entah kapan kata itu hadir dalam kamus kehidupan kita. kata itu sering ditemukan di dinding jejaring sosial; facebook atau twitter. ia bisa menyerang manusia kapan saja. kadang muncul dalam bait "aku galau" juga kadang dalam bentuk pertanyaan seakan-akan meminta nasehat "kalau lagi galau, musti ngapain ya"? sederet pertanyaan itu merasuki hidup manusia. dan akhirnya menyebar.galau berjamaah. Galau dalam kamus bahasa indonesia mengandung arti: beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran). Saya memakai kata, kacau tidak karuan. mungkin lebih mengena daripada beramai-ramai.Galau memenuhi ruang manusia yang lebih dekat dengan ketidakkaruan pikiran. menurut saya orang-orang di kampung jarang menemukan orang yang galau [kalau orang gila memang iya]. dan menariknya orang yang sering (merasa) galau lebih banyak di perkotaan. mungkin karena di kampung jarang memakai facebook atau twitter. Galau akhirnya tidak mengenal status sosial, ekonomi bahkan usia. ponakan saya yang masih SMP malah sering merasakan galau (terlihat di dinding facebooknya). entah, anak-anak sudah bisa merasa galau. Tapi bukan hanya anak kecil yang merasakan galau, orang dewasa bahkan orang tua sering menuliskan kesan galau di dinding jejaring sosialnya. Lantas mengapa orang (selalu) merasa galau? mungkin sekedar mencari sensasi untuk diperhatikan ada faktor lain yang menarik bahwa hidup yang tak tepermanai ini semakin membuat manusia kota (baca: modern) tak memiliki hidup pasti. hidup selalu merasa kekurangan. Cerita ini mengingatkan kita pada Odysseus yang mengalami banyak cobaan, godaan, hambatan dan halangan. Diceritakan Odysseus berkat kepandaiannya mampu mengalahkan raksasa jahat dan dewa-dewa yang menipunya namun terjebak diantara ketegangan dialektis antara usaha manusia rasional dan mitos yang terjadi dalam dirinya. Odysseus memang menang namun harus membayar mahal dengan tertatih-tatih dan (harus) menjadi pengemis untuk sampai di Ithaca. Agaknya analogi Sindhunata itu bisa dipakai dalam kehidupan modern (yang selalu galau). alih-alih hidup di perkotaan yang serba modern membuat manusia bahagia, apa daya, manusia modern malah terjebak dalam ke-galau-an. Meminjam istilah Sindhunata, Dilema Usaha Manusia Rasional. manusia rasional sedang mengalami dilema. Ah, daripada galau, lebih baik ramai-ramai berkumpul seperti istilah kamus bahasa indonesia itu. Kalau masih muda jangan suka galau...benar juga kata temanku, lama-lam menulis Galau, saya bisa-bisa ikutan galau kalo begini...:) salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun