PENYELUNDUPAN apa saja, terutama untuk minuman keras (miras) jenis cap tikus antarprovinsi di Pulau Sulawesi, Â relatif aman, di sepanjang jalan trans-Sulawesi, Maklum, Â panjang jalannya saja sekitar 1.773,49 kilometer. Jarak yang berpatokan antara Kota Manado, Ibu Kota Sulawesi Utara (Sulut)-Kota Makassar, Ibu Kota Sulawesi Selatan (Sulsel) ini, jika ditempuh dengan kendaraan roda empat nonstop, berdurasi 11,9 jam.
Kontur jalan yang membelah hutan di pegunungan, melipir ngarai, atau menyusuri pesisir ini, minus ditunggui aparat kepolisian. Razia hanya dilakukan pada momentum-momentum tertentu. Itu pun kerap digelar hanya di dekat perbatasan daerah baik kota maupun kabupaten.
Kondisi jalur trans-Sulawesi seperti inilah yang membuat kendaraan roda empat baik truk angkutan niuaga, bus antarprovinsi, antarkota, terutama mobil pribadi, cenderung memilih berombongan jika harus melewati wilayah-wilayah tertentu semisal di kawasan Kebun Kopi.
Jalur ini rawan longsor walaupun sepanjang jalannya sejak awal 2000-an, sudah lumayan bagus. Jalan panjang yang menghubungkan antarprovinsi, yakni Sulut, Sulsel, Gorontalo, Sultra, dan Sulbar ini, juga masih menyisakan trauma bagi warga yang kerap melintas di situ.
Ketika konflik SARA dua kali meletus di Poso, Sulteng pada 1998 dan 2000, kawasan Kebun Kopi dikuasai kelompok tertentu. Mereka menghadang dan menyeleksi orang-orang yang dianggap bukan 'kaumnya', dan berakhir dengan penganiayaan.
Pada awal dekade 2000-an, sebagian Trans-Sulawesi sudah laik darat termasuk di kawasan Kebun Kopi. Maka tak heran, jika aksi-aksi penyelundupan semisal captikus, semakin menggeliat. Di Kota Palopo, Sulsel, kawasan jantungnya Sulawesi, begitu mudah diperoleh miras tradisional Suku Minahasa dari Sulut ini.
Menjelang Natal, Tahun Baru atau Paskah, para pedagang daging dogi dan kelelawar dari Sulut, mencari 'bahan baku' hingga bergerilya ke pelosok-pelosok Sulsel, walaupun perjalanan pulang-pergi antardua provinsi ini, membuat badan terasa remuk.
Rawan Penyelundupan Senpi
Jalur panjang ini setidaknya juga menjadi 'surga' penyelundupan senjata api rakitan bagi para gerombolan gerakan pengacau keamanan (GPK) lokal hingga luar Sulawesi, yakni GPK Papua. Senpi-senpi rakitan ini diduga kuat berasal dari Mindanao, selatan Filipina.
Dari Davao City, Ibu Kota Mindanao. Di wilayah paling miskin negeri jiran ini, tak sedikit beroperasi industri rumahan yang merakit senpi baik laras pendek, laras panjang, atau senpi otomatis. Â Dari Davao, senpi-senpi ini diselundupkan hingga ke Manado lewat jalur 'tradisionbal', yakni pesisir atau perairan pulau-pulau kecil, dekat tapal batas Indonesia-Filipina.
Adapun pulau paling terluar dalam wilayah Indonesia di tapal batas ini adalah Miangas, wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulut. Pulau seluas 3,15 kilometer persegi berpenduduk hampir seribu jiwa ini, Â masuk dalam kawasan desa dan kecamatan bernama sama. Dengan jarak Miangas-Davao yang hanya 45 mil laut ditambah kedekatan antarwarga, tak heran jika warga antardua negara ini kerap saling berkunjung.