Mohon tunggu...
Patricia Constance
Patricia Constance Mohon Tunggu... -

Seorang wanita dengan daya khayal luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mata Merah, Semerah Darah? Jangan Panik Dulu!

18 Desember 2014   06:35 Diperbarui: 4 April 2017   18:27 67520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418828067319576498

Coba Anda bayangkan, di suatu pagi hari yang cerah ketika Anda baru terbangun dari tidur yang nyenyak, Anda dikagetkan dengan bayangan di cermin, seperti ini:

[caption id="attachment_341742" align="aligncenter" width="584" caption="mata merah created by author"][/caption]

dan yang lebih mengagetkan, INI ADALAH BAYANGAN ANDA SENDIRI!

Sebelum Anda melanjutkan membaca semakin ke bawah, saya akan memperingatkan hal-hal esensial terlebih dahulu!

1. Anda tidak berubah menjadi vampir! Sekali lagi, ANDA BUKAN VAMPIR ala ala Edward Cullen dengan mata (seksi) bewarna merah darah! Anda masih homo sapiens, ciptaan Tuhan paling indah :)

2. Anda tidak mengidap penyakit misterius nan menular! Tolong buang jauh-jauh pemikiran Anda terkena penyakit aneh-aneh semacam kanker dan sejenisnya. Bahkan, penyakit ini tidak lebih parah dari bau ketek!

3. Anda tidak sendiri! Karena kenapa? Karena inilah yang terjadi pada saya sekitar 2 hari yang lalu, dan bersyukurlah Anda membaca tulisan ini, karena banyak informasi dan curhat colongan yang akan saya bagikan mengenai penyakit ini.

Sekitar 2 hari yang lalu, gambar di atas merupakan penampakan mata saya di cermin (minus bola mata eksotis warna hijau, FYI bola mata saya coklat susu warnanya). Apa reaksi pertama saya? KAGET tentunya! Bayangkan saja, saya tidak mengalami gejala-gejala aneh seperti pedih, perih, gatal, berair, bintitan, bengkak, pusing, maupun panas sehingga kaget sekali ketika melihat mata kiri saya berwarna semerah darah pada bola mata putih bagian kiri, persis seperti gambar yang sudah diilustrasikan di atas.

Reaksi kedua yang saya lakukan adalah browsing. Saya coba mencari tindakan yang harus dilakukan ketika mengalami hal ini. Saya mendiagnosa mata saya mengalami kelelahan akibat aktivitas maraton nonton dvd korea di laptop. Berdasarkan hasil browsing, Saya coba kompres pake air panas, air dingin, air beku, air mineral, air pake teh, sampai dengan air es teh manis hangat (Anda tidak salah apabila tidak bisa membayangkan yang terakhir, ini hanya usaha bodoh penulis dalam keputusasaannya).

Hasilnya? Tidak ada. Tidak ada, pembaca yang budiman! Yang terjadi malahan, keesokan harinya warna merah tersebut makin merambat! Ibu penulis yang menyaksikan putri kesayangannya yang paling banyak ngabisin cemilan di dapur tidak tahan, tidak sanggup, dan tidak tega lagi melihat mata yang semakin merah tersebut. Akhirnya, ibu memaksa saya untuk ke dokter. Ibu merekomendasikan untuk ke dokter mata di rumah sakit langganan kami, yang saya tolak mentah-mentah. Bukan karena dokternya jelek atau tidak ahli, tapi karena dokternya sangat tegas dan terlalu pintar sehingga saya jadi takut berobat di beliau, dan memang mental saya berubah dari tempe menjadi mendoan kalo sudah berkaitan dengan rumah sakit beserta dokternya. (FYI, saya pernah sebelumnya periksa ke dokter ini untuk cek minus mata, dan pendapat saya? Cukup sekali ke situ dan terima kasih).

Akhirnya, ibu membawa saya ke RS khusus mata A di daerah Kuningan, mengikuti rekomendasi kawannya. Begitu masuk, resepsionis menanyakan keluhan saya dan memberikan rekomendasi dokter yang cocok buat penyakit saya. SOP di rumah sakit ini berbeda dengan RS langganan saya, biasanya di RS langganan, dokterlah yang melakukan seperangkat prosedural pemeriksaan dari awal, pemeriksaan tekanan bola mata, minus mata, dan tes ABC jarak jauh, sampai diagnosa sampai dengan resep obat. Jadinya, waktu tunggu jadi lebih lama meskipun lebih privat. Di RS A, pemeriksaan awal dilakukan oleh perawat lalu kita diarahkan ke dokter yang bersangkutan. Awalnya was-was karena perbedaan ini, tapi kami mengikuti saja.

Sesampainya di dokter, dokter cantik yang kelihatannya masih muda, dan jujur saja tidak membuat saya takut! Mungkin karena gayanya yang sangat komunikatif :)

Mata saya difoto, dan dokter menjelaskan apa yang saya alami, akan saya cobahan uraikan penjelasan tersebut di bawah agar lebih jelas :)

1. Mata saya merah karena terjadi robek atau putusnya serabut serabut kecil pada pembuluh mata. Maka itu saya tidak mengalami pedih, perih, gatal, berair, bintitan, bengkak, pusing, maupun panas, hanya bola mata saya bagian putih menjadi merah.

2. Hal ini bukan diakibatkan oleh virus (jadi jangan takut kalau hal ini menular) tapi beberapa hal seperti:


  • Kucek-kucek mata terlalu keras.
  • Batuk terlalu keras
  • Ngeden (pas BAB)
  • Trauma (benturan atau kecolok)


3. Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak karena kebiasaan mereka yang suka kucek-kucek mata.

4. Nantinya secara alamiah, bola mata akan menyerap darah yang tampak itu, akibatnya warna merah nanti akan merambah semakin ke bawah mata dan berubah warna menjadi kuning lalu pink setelah itu kembali menjadi putih. Hal ini adalah wajar dan akan terjadi, tidak peduli Anda berobat atau tidak! Karena sekali lagi, ini adalah proses alamiah (semakin amazed pada Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakan tubuh dan proses penyembuhan sedemikian rupa dan tidak terbayangkan oleh manusia).

5. Proses penyembuhannya kurang lebih 1-2 minggu sampai kembali ke bola mata normal berwarna putih.

6. Dokter menyarankan untuk mengonsumsi vit C dan memberikan obat tetes mata untuk mempercepat penyerapan, serta banyak banyak makan sayur dan yoghurt apabila keadaan ini diakibatkan ngeden yang terlalu keras.

7. Saya sempat curiga kondisi mata saya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang terlalu tinggi, karena ini yang saya alami pada pemeriksaan sebelumnya di RS langganan sehingga dokter memberikan obat tetes mata untuk menurunkan tekanan pada bola mata saya. Tapi untungnya ternyata hal itu bukan masalah, meskipun tekanan bola mata saya masih sama yakni 20 (tinggi apabila mencapai 21), tapi dokter di RS A tidak meminta saya mengonsumsi obat tetes penurun tekanan, dan berasumsi hal ini kemungkinan diakibatkan karena saya terlalu takut ketika menjalani pemeriksaan tekanan bola mata (alatnya mengeluarkan angin sehingga saya beberapa kali harus mengulang karena terkejut dan kaget).

Jujur saja, mendengar hal ini saya dan ibu menjadi luar biasa lega dan bahagia. Tapi bagi saya pribadi, ada hal-hal yang saya noted dari dokter ini:

1. Dokter yang pernah menangani saya di RS langganan saya pastikan lebih senior dari dokter di RS A, tapi jika harus memilih lagi, saya akan memilih dokter di RS A karena gayanya yang komunikatif lebih menyenangkan dan membuat saya lebih tenang. Beliau juga menjelaskan secara tuntas apa yang saya alami dan akan saya alami terkait dengan mata saya, sehingga membuat saya dan ibu menjadi lebih tenang. Hal ini berbeda dengan dokter di RS langganan saya yang 'agak pelit' menjelaskan.

2. Dokter di RS A, memberikan obat yang memang sesuai, bahkan wajar (Vitacimin C untuk menambah vit C saya dan obat tetes mata), sedangkan di RS langganan, dokter memberikan saya lebih banyak obat (dan mahal) untuk diagnosa yang sebenarnya, bagi saya, tidak penting-penting banget obat tersebut. Saya tidak ingin men-judge dokter langganan matre atau lebai, karena kedua dokter ini dihadapkan pada 2 keluhan yang berbeda, tapi alangkah baiknya jika dokter memang memberikan resep yang sesuai dengan penyakit pasien tanpa melebih- lebihkan.

3. Saya awalnya tidak mau ke dokter karena takut didiagnosa penyakit yang aneh, tapi memang quotes 1 ini bener banget,

"the fear of the unknown is scarier than if you actually do it"

-Anonim-

Sejelek-jeleknya hasil diagnosa, lebih baik diperiksa sehingga jika ada yang salah, bisa diperbaiki. Menduga-duga kadang menjadi sugesti yang mengakibatkan penyakit, padahal belum tentu yang kita duga itu benar.

Nah, begitu saja sharing saya, moga-moga bisa membantu teman-teman yang membaca. Mohon maaf kalau ada salah salah ucap, maklum newbie :)

PC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun