Dari segi bahasa, character building atau membangun karakter terdiri dari dua suku kata yaitu membangun (to build) artinya membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan dan karakter (character) artinya tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Jadi, character building merupakan suatu upaya untuk membangun dan membentuk akhlak dan budi pekerti seseorang menjadi baik.
Banyak orang yang belum sadar akan pentingnya character building ini untuk kehidupan sehari-hari dan untuk keberlangsungan masa depan bangsa. Character building seharusnya sudah bisa diajarkan kepada anak sejak dini, supaya semakin tertanam kuat dalam diri mereka jiwa nasionalisme dan sikap bela negara. Character building bisa mulai diajarkan dirumah oleh keluarga terutama orang tua, baik melalui contoh tindakan sehari-hari maupun media elektronik seperti serial kartun yang mendidik, contohnya adalah kartun Adit dan Sopo Jarwo, Kiko, Keluarga Somat, dan masih banyak lagi. Hal lain yang bisa dilakukan untuk membangun karakter adalah memberinya mainan edukatif serta mengajarkan tiga kata penting yaitu maaf, tolong, dan terimakasih.
Character building ini sangat penting bagi generasi muda Indonesia karena merekalah yang akan menjadi penggerak dan tumpuan di era Indonesia Emas 2045. Terlebih di tengah zaman yang semakin maju, banyak budaya dan gaya hidup luar negeri yang sangat mudah masuk dan menyebar di kalangan generasi muda Indonesia, sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran akhlak dan kebiasaan. Hal tersebut sangat rawan terjadi, dan jika hal-hal tersebut tidak disaring dengan baik, dapat menyebabkan kehancuran dan perpecahan bagi bangsa kita sendiri. Banyak juga generasi muda Indonesia yang menganggap budaya Indonesia sudah kuno dan ketinggalan zaman sehingga malu untuk melakukan kegiatan berbau budaya. Maka dari itu, kita sebagai generasi muda Indonesia harus pandai dan kritis dalam memaknai perkembangan zaman, yaitu dengan mengambil budaya baiknya saja dari budaya-budaya luar yang masuk ke Indonesia dan tetap mengedepankan nilai-nilai Pancasila.
Tidak hanya itu, jiwa nasionalisme dan sikap bela negara juga harus diterapkan oleh generasi muda Indonesia. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya disintegrasi bangsa dan masuknya paham-paham yang menyimpang serta radikal. Karena kita hidup di masa Indonesia sudah merdeka, maka hal yang kita lakukan untuk memaknai jiwa nasionalisme dan sikap bela negara bukanlah dengan mengikuti peperangan. Hal yang bisa kita lakukan adalah melaksanakan upacara bendera, tidak menyebarkan hoax, belajar dengan rajin, toleransi antarsuku dan agama, mencintai dan melestarikan budaya Indonesia, menggunakan produk dalam negeri, memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia, mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional (bidang akademik, olahraga, kesenian, inovasi, diplomasi, dll), terlibat aktif dalam kegiatan masyarakat (mengikuti kegiatan gotong royong, menjadi panitia perayaan HUT RI, bergabung dalam karang taruna, dll), mengikuti seminar dan campaign bertema kebangsaan, berkunjung ke museum peninggalan sejarah Indonesia pada zaman dahulu, turut serta mengkampanyekan tentang kesadaran pentingnya jiwa nasionalisme dan sikap bela negara, turut serta mengajarkan character building kepada masyarakat terutama anak-anak, dan masih banyak kegiatan positif lainnya.
Oleh karena itu, selain bimbingan dari orang tua dan bimbingan dari instansi pemerintah atau instansi pendidikan, generasi muda juga harus memiliki kesadaran penuh dari diri sendiri untuk memiliki jiwa nasionalisme dan sikap bela negara di kehidupan sehari-hari. Karena kalau bukan mulai dari diri sendiri, mau siapa lagi? Lebih baiknya lagi, jika kita sebagai generasi muda turut serta mengajarkan tentang character building, nasionalisme, dan bela negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H