Pengalaman pahit tersebut membuat rakyat Nduga cenderung menganggap apparat yang hadir tiba-tiba di kampung mereka sebagai "musuh" yang datang lagi untuk menyusahkan mereka. Tindakan kekerasan yang kini terulang lagi telah memaksa rakyat Nduga mengungsi meninggalkan kampung halamannya yang nyaman meskipun dengan risiko sakit, lapar dan mati di hutan-hutan dan tempat pengungsian.Â
Di beberapa kabupaten yang dituju pengungsi tidak disediakan tempat penampungan khusus dan hanya bersandar kepada dukungan keluarga mereka yang barang tentu masih hidup dalam kekurangan.Â
Kita menghargai bahwa pemerintah telah turun tangan membantu pengungsi, namun akan lebih baik lagi bila ada Keputusan Politik Presiden untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar rakyat Nduga dapat kembali ke kampung halamannya dan  membangun kembali kehidupannya yang sudah dihancurkan.
*****
Keputusan Politik bapak Presiden Jokowi sebagai Panglima Tertinggi diperlukan untuk segera mengakhiri krisis kemanusiaan di Nduga agar tidak jatuh lagi korban dengan sia-sia. Jangan sampai kemarahan kita salah sasaran ke rakyat Nduga karena belum berhasil menumpas KKB yang menjadi musuh utama kita. Mungkinkah 182 orang Nduga yang sudah meninggal bisa kita terima sebagai tebusan atas dosa saudara-saudaranya yang kita sebut KKB dan sekaligus mengobati rasa sakit para pemimpin kita atas insiden 2 Desember 2018?Â
Marilah kita renungkan hal ini sambil meminta petunjuk kepada Tuhan agar para pemimpin bangsa diberi hikmat untuk memahami persoalan bangsanya dengan hati nurani dan pikiran terbuka. Pertanyaan berikut yang pasti mengganggu pikiran para pemimpin kita adalah:Â
Seandainya ada Keputusan Politik Presiden untuk mengakhiri operasi TNI/POLRI di Nduga sementara kelompok KKB belum dimusnahkan seluruhnya akankah mengganggu kehormatan kita sebagai bangsa besar sementara musuh yang kita perangi bukanlah tentara asing yang datang menyerbu negeri kita? Jawaban atas pertanyaan ini pun dikembalikan kepada kebesaran jiwa dan hati nurani para pemimpin untuk mempertimbangkannya.Â
Namun, menurut pikiran sederhana penulis, bila kita ingin memenangkan perang, maka hati mayoritas rakyat Nduga-lah yang harus kita menangkan. Aparat kita akan terus ditantang untuk membuktikan dengan kata dan perbuatan bahwa kehadirannya lebih banyak membawa kebaikan bagi rakyat dibandingkan dengan kehadiran KKB.Â
Apabila operasi pengamanan yang ber-aroma kekerasan di Nduga ini terus kita pertahankan maka hasil akhirnya adalah menambah rasa sakit hati dan ketidakpercayaan rakyat Papua terhadap semua niat baik pemerintah yang terus menerus diupayakan Presiden kita, Bapak Joko Widodo.
*****
Semoga tulisan kecil ini menggugah hati nurani Bapak Presiden dan para pembantunya untuk segera bertindak membuat Kepusan Politik demi mengakhiri krisis kemanusiaan di Nduga. "Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah."
Jakarta, 24 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H