Mohon tunggu...
Patria Jati
Patria Jati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hubungan Internasional

Saya Manusia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Esai terkait Perang Siber antara AS dan Tiongkok

24 Januari 2022   21:30 Diperbarui: 24 Januari 2022   21:35 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini mendorong pola-pola baru dalam interaksi hubungan internasional. Perilaku internasional kini dilakukan tidak hanya secara aktual tetapi juga secara virtual. Di era teknologi informasi, khususnya perkembangan jaringan internet, negara telah memperluas sarana untuk mencapai kepentingan nasionalnya. 

Kini interaksi antar aktor dalam hubungan internasional tidak hanya di ruang darat, laut, dan udara. Interaksi antar aktor juga mengisi dunia maya, yang merupakan pilihan lain untuk mencapai kepentingan. 

Peningkatan ruang interaksi ini juga memperluas makna kekuasaan dalam hubungan antar negara. Ukuran kekuasaan di darat, laut, ruang udara lebih mudah dicari untuk standardisasi, sebaliknya dunia maya mengaburkan standardisasi kekuasaan. Cyberspace telah menjadi ruang sekaligus sarana baru untuk mencapai kepentingan yang kemudian dikenal dengan cyberpower.

Keamanan dunia maya semakin menjadi prioritas bagi pemerintah di dunia. Kekhawatiran akan dampak buruk yang bisa ditimbulkan internet, mendorong negara-negara untuk membuat regulasi yang lebih tepat tentang penggunaan internet di negaranya. 

Dalam laporannya disebutkan sedikitnya 15 negara di dunia yang secara terang-terangan membatasi kebebasan penggunaan internet, yaitu: Tiongkok, Kuba, Korea Utara, Belarusia, Myanmar, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, Suriah, Tunisia, Turkmenistan, Uzbeskistan dan Zimbabwe. Prioritas masalah siber ini sangat dibutuhkan AS jika melihat maraknya serangan siber yang ditujukan ke AS dalam satu dekade terakhir. 

Gedung Putih atau White House tempat presiden AS bekerja dilaporkan mendapat serangan cyber hampir setiap hari. Dari hasil analisis AS, disimpulkan bahwa pelaku penyerangan berasal dari individu dan juga dari pemerintah yang diduga dilakukan oleh beberapa negara seperti: Rusia, Tiongkok, Korea Utara, dan Iran.

Adanya masalah ini tentu saja membawa masalah baru dalam hubungan AS dengan negara-negara yang diduga AS melakukan serangan cyber terhadap institusi swasta dan publik AS. Dalam catatan AS, Tiongkok merupakan negara yang paling sering melakukan serangan siber terhadap AS. Beberapa kasus siber yang melibatkan AS dan Tiongkok bahkan sempat menyita perhatian dunia. Dalam esai ini, kita akan membahas serangan siber yang melibatkan Amerika Serikat dan Tiongkok.

DISKUSI

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah hubungan dunia maya AS-Tiongkok adalah ketika New York Times (NYT), perusahaan media terbesar milik AS, menjadi korban peretas dari Tiongkok. AS merasa spionase ekonomi yang dilakukan Tiongkok sudah mencapai tahap yang tidak bisa ditolerir, kekhawatiran akan hal tersebut semakin dalam karena saat ini AS dan Tiongkok berada dalam posisi perang pasar yang cukup sengit. Tuduhan AS terhadap Tiongkok, tentu saja mendapat reaksi. Pemerintah Tiongkok melalui juru bicara Kementerian Pertahanannya menolak tuduhan laporan Mandiant yang menyimpulkan bahwa Tiongkok terkait dengan tindakan peretasan sejumlah perusahaan AS.

Perseteruan di dunia maya antara AS dan Tiongkok juga didorong oleh kebijakan Tiongkok menyensor ketat penggunaan internet di negaranya yang dikenal dengan Great Firewall of Tiongkok (GFWoC). Ini adalah kebijakan yang digunakan oleh pemerintah Tiongkok untuk menyensor dan memblokir atau melarang akses internet yang dianggap mengandung pornografi, pandangan politik yang berbeda, berita negatif tentang Tiongkok, baik yang beredar di situs berita maupun media sosial. Metode yang digunakan oleh Cina.

Perseteruan AS-Tiongkok di dunia maya adalah situasi yang sangat dilematis. Ketergantungan dan keterhubungan AS dan Tiongkok dalam industri TI adalah fakta yang menciptakan situasi dilematis ini. Perusahaan IT milik AS seperti CISCO, Microsoft, Apple, Intel, IBM, Qualcomm, Oracle selain memiliki pasar yang besar di Tiongkok, merupakan bagian tak terpisahkan dari infrastruktur internet Tiongkok. Sementara itu perusahaan IT Tiongkok seperti Huwaei, ZTE, Lenovo telah memasuki pasar AS, mempekerjakan warga AS dan beroperasi di bawah undang-undang dan peraturan AS. Saham perusahaan Tiongkok lainnya seperti Baidu, Alibaba, dan Tencent masuk dalam daftar bursa saham elektronik pertama dan terbesar di AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun