Mohon tunggu...
Patrianef Patrianef
Patrianef Patrianef Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Bedah di RS Pemerintah

Patrianef, seorang dokter spesialis bagi pasienku. Guru bagi murid muridku. Suami bagi istriku dan sangat berbahagia mendapat panggilan papa dari anak anaknya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia Kami

18 Agustus 2016   12:05 Diperbarui: 19 Agustus 2016   22:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Merdeka!

Penjajahan yang kita kenal selama ini adalah penjajahan secara fisik. Perayaan memperingati kemerdekaan selalu diisi dengan adegan adegan heroik perjuangan para pahlawan pahlawan terdahulu dengan menggunakan bambu runcing dan parang serta pedang sederhana. hal ini memperkuat kesan bahwa penjajahan itu adalah secara fisik dan harus dilawan dengan fisik pula.

Di zaman modern dimana waktu dan ruang tidak lagi mempunyai sekat, informasi mengalir dari manapun, suka atau tidak suka akan menghampiri kita melalui semua media yang ada. Tidak hanya searah bahkan dua arah dan interaktif. Percakapan lintas benua tidak lagi mengharuskan orang bertemu secara fisik, tetapi pertemuan fisiknya virtual didunia maya. Anak anak bahkan bermain bersama didunia maya dan berinteraktif melalui gadget masing masing.

Penjajahan juga berubah bentuk. Penjajahan bukan lagi secara fisik. Penjajahan persis seperti di dunia internet, maya. Ada dan dirasakan keberadaannya, tetapi secara fisik tidak ada. Persis seperti bau yang menyengat, fisiknya tidak terlihat.

Penjajahan menyerbu semua lini, penjajahan informasi, penjajahan teknologi, penjajahan ideologi, penjajahan ekonomi dan masih banyak penjajahan lagi.

Apa yang kita gunakan sehari hari kebanyakan bukan lagi milik kita, walaupun kita ngotot bahwa itu dibuat di negara kita. Banyak yang bersiliweran di jalan adalah merek Jepang. Banyak yang ngotot, yang penting bukanlah merek, tetapi komponen dalam negerinya 80%. Kita masih bisa berbangga dengan dalih tersebut. Lupa kita bahwa mereklah yang sangat dihargai, hak paten melekat bukan pada tempat pembuatan barang, tetapi melekat pada merek dan cara pembuatannya. 

Merek adalah yang paling penting. Yang sangat berharga adalah merek dan logo, itu menunjukkan identitas dan entitas. Setiap barang yang dibuat dengan merek tersebut, akan mengalirkan devisa kepada negara dan orang pemilik lisensinya, tanpa perlu dibuat di negara tersebut. 

Yang kita gunakan sehari hari dirumah banyak juga yang bukan merek negara kita. Itulah bentuk penguasaan asing di negara kita. Banyak Bank Asing berada dinegara kita dengan alasan pasar bebas, sama seperti raksasa telekomunikasi kita sebagian besar sahamnya dimiliki oleh bangsa asing. Kita bukan lagi penguasa di negara sendiri dan yang membikin miris kita, masih ada yang berdalih dan menghibur diri bahwa regulatornya adalah kita. Mobil dibuat dengan menggunakan bahan bahan mentah dari kita, menggunakan merek luar. Setiap mobil yang dibuat akan mengalirkan uang ke negara pemilik merek dan itu bisa saja terjadi tanpa menggunakan satu bahan atau komponen dari negaranya. Berapa banyak uang negara ini yang mengalir keluar hanya akibat merek dan logo, dan itu  bukan hanya satu merek. Ada ribuan merek yang mengalirkan uang dari negara kita.

Kita bangga menjual bahan mentah dari negara yang luas dan kaya ini, sudah tujuh puluh satu tahun kita merdeka. Dan yang membuat pedih adalah bahwa kita bangga membelinya diluar negeri. Tambah tragis jika sesudah sampai ditanah air, terlihat dipojoknya tulisan " made in Indonesia". Tetap kita masih bisa menghibur diri bahwa barang itu dibuat di Indonesia, walaupun merek asing. Dan yang dijual bangsa asing hanyalah merek. Sangat pedih.

Memang kita sedang berkembang, tetapi perkembangan itu bagaimanapun tanggung jawab kita semua mengawalnya. Republik yang kita cintai ini sangat besar dan raksasa bukan hanya di asia Tenggara tetapi di dunia internasional. Tentu saja menjadi incaran untuk dikuasai, tidak perlu secara fisik tetapi lebih jauh daripada itu.

Apapun yang kita miliki harus kita manfaatkan, Bumi dengan segala kekayaannya seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk bangsa ini, bukannya dikirim ke luar negeri. Tenaga tenaga trampil kita yang bekerja diluar yang menjadi otak di perusahaan perusahaan besar selayaknya dimanfaatkan negara ini, bagaimanapun caranya. Kita masih ingat banyak tenaga tenaga trampil dan terdidik kita yang ahli dibidang rekayasa pesawat hijrah ke luar negeri karena tidak mendapat tempat di bumi ini, karena kita masih berkutat dan beranggapan bahwa teknologi itu masih belum prioritas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun