Peraturan daerah Kota Kotamobagu nomor 8 tahun 2023 telah menetapkan tanggal 19 Januari 1910 sebagai hari kelahiran Kotamobagu sehingga tahun ini Kotamobagu merayakan hari ulang tahunnya yang ke-115 tahun. Sekilas kesadaran sejarah makin tumbuh di Kotamobagu, benarkah demikian?
Bangunan Monumental Pra PermestaÂ
Bangunan Monumental menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah didirikan atau dibangun yang menimbulkan kesan peringatan akan sesuatu yang agung. Sebelum politik bumihangus yang dilakukan permesta, Kotamobagu memiliki bangunan Monumental karya lokal diantaranya Komalig (Istana Raja), gedung Yoko (musium Istana), gedung Pohohiburan, rumah dinas kontroler. Semuanya rata tanah dihancurkan Permesta kecuali rumah dinas kontroler Belanda.
Monumental Kotamobagu Era Kabupaten Bolaang Mongondow
Paska Permesta memang tidak ada niat sama sekali pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow untuk mendirikan kembali bangunan monumental yang rusak atau musnah semisal Komalig dan Pohohiburan tapi patut bersyukur era Bupati Mokoagow dan Damopolii telah membangun beberapa yang bersifat monumental antara lain Tugu Kehancuran Permesta (lebih tenar dengan sebutan bundarana paris), Gedung Mokodoludut, Gedung Bobakidan, Patung Bogani dan Masjid Raya bahkan Rumah Sakit Datoe Binangkang sebagai salah satu bangunan tua juga menjadi ikon Kotamobagu walau khusus yang terakhir ini, bisik-bisik warga kota, pelayanann rumah sakit ini sangat buruk. Bangunan-bangunan ini sempat bertahan lama dan menjadi ikon Kotamobagu bahkan Bolaang Mongondow.Â
Memiliki bangunan yang bersifat monumental memang sangat berpengaruh secara spikologis terhadap orang-orang Mongondow, ada rasa bangga ketika memiliki simbol-simbol keagungan terkait sejarah Kotamobagu.
Akhir masa pemerintahan Marlina Siahaan selaku Bupati Bolaang Mongondow, Marlina melakukan berbagai revitalisasi seperti Lapangan Kota ditata kembali dan diberi nama Boki Hotinimbang, nama seorang nenek buyut dari Bupati yang aslinya Hontinimbang Manoppo dengan atau sapaan Bua' kemudian diupgrade status Bua' (anak raja) menjadi Boki (isteri raja). Saya juga kurang paham tujuan mempelintir unsur fakta sejarah ini dibalik perubahahn status Bua' menjadi Boki ini.
Gedung Mokodoludut, gedung yang dibangun berciri khas rumah adat Mongondow ini, awalnya berstatus gedung BPU kemudian menjadi kantor SKPD oleh Pemkab Bolmong dibongkar dan dijadikan taman. Bangunan pengganti gedung Mokodoludut ini awalnya berupa patung bunga mawar sehingga warga kota lebih sering menyebutnya taman mawar atau taman bunga. Seiring waktu oleh pemkab dirubah lagi menjadi patung 4 anak mengangkat semacam lingkaran yang bermakna 4 swapraja. Ini simbol pemekaran Bolaang Mongondow. Di sisi depan ini bergambar Marlina Siahaan. Saya belum sempat melihat nomenklatur aset pemkab (skrg pemkot) ini sebenarnya bernama apa? Tugu Marlina Siahaan, Tugu Bunda pembaharu atau tugu pemekaran namun warga kota lebih banyak menyebutnya sebagai Taman Kota.
Hilangnya Gedung Monumental terkait keagungan leluhur yang bernama Mokodoludut diganti monumen berbau pemekaran masih cukup seimbang lah setidaknya pemekaran ini adalah peristiwa sejarah yang layak diperingati dan dikenang namun kedepan baiknya ada bangunan monumental terkait Mokodoludut tokoh dan leluhur para raja Bolaang Mongondow bahwa Sulawesi Utara.
Kotamobagu Sebagai Daerah Otonomi
Djelantik Mokodompit tercatat sebagai Walikota definitif pertama, tentunya tanpa meluputkan peran Pj Walikota yang tupoksi dan waktunya terbatas.
Era Djelantik Mokodompit dilakukan renovasi total terhadap salah satu ikon dan bangunan monumental milik Bolaang Mongondow yang berada di Kotamobagu yakni Masjid Baitul Makmur. Awalnya mendapat penolakan dari berbagai elemen namun setelah bangunan ini selesai dan diresmikan oleh Walikota selanjutnya (Tatong Bara), Masjid Raya (kemudian menjadi masjid Agung) benar-benar megah dan menjadi bangunan monumental serta ikon Kotamobagu.
Djelantik juga melakukan renovasi total tugu peringatan kehancuran permesta. Oleh Djelantik Tugu ini dibuat benar-benar hidup dan mampu membangkitkan kenangan bagaimana rakyat Bolaang Mongondow sangat bergembira dengan kekalahan dan kehancuran permesta. Awalnya tugu ini cuma berupa bangunan beton sangat sederhana namun dirubah menjadi patung yang menggambarkan rakyat Bolaang Mongondow bersama TNI bersatu padu membasmi Permesta di Bolaang Mongondow. Kesan historisnya terasa dalam patung monumental ini.
Selanjutnya masa Walikota Tatong Bara. Dengan publikasi berbagai media kelihatan Walikota kali ini akan sangat perduli dengan budaya dan sejarah Mongondow. Tak tangung-tangung ikon kotamobagu yang bernama gedung Bobakidan akan dijadikan musium. Ini merupakan berita besar dan sangat menggembirakan bukan hanya untuk warga kota tapi warga BMR. Memang bangunan Gedung Bobakidan bukan cagar budaya benda atau sejenisnya tapi bangunan ini kategori bangunan monumental selain bentuknya yang full ornamen dan simbol kemongondowan nama "Bobakidang" memberi kenangan tersendiri atas peristiwa Perjanjian Paloko-Kinalang yang mengantarkan Tadohe sebagai raja Bolaang-Manado.Â