Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kotamobagu: Bertambah Usia Bertambah Miskin Monumental

20 Januari 2025   10:09 Diperbarui: 20 Januari 2025   19:34 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Bobakidan salah satu ikon Kotamobagu selama ;puluhan tahun. sumber foto Mutu Manoppo Mokoginta (facebook.com/kamakwieresorts) 

Info lisan dari Pak Saleh Gobel bahwa di samping bangunan gedung Bobakidan ada makam raja Bolango, tentu informasi lisan ini belum bisa dibuktikan apalagi kondisi paska di bongkarnya bobakidan, lokasi yang diduga terdapat makam raja Bolango telah dijadikan pelataran parkir sehingga makin sulit jika dilakukan eksavasi. Jika benar dugaan sebagaimana dituturkan oleh Pak Saleh Gobel tentu akan seirama dengan pembangunan gedung musium. Gedung musium yang disampingnya ada makam raja Bolango.

Tapi sayangnya perencanaan pembangunan oleh Pemkot ini belum matang dan cenderung tidak terarah buktinya arah pembangunan pun berubah dari musium menjadi gedung perpustakaan. Tentunya gedung perpustkaan juga ide yang sangat baik. sekilas info yang beredar di media sosial gedung ini akan dibangun lebih mewah dengan memperhatikan ornamen kemongondowan artinya bangunan ini walau moderen tapi sangat kental dengan budaya Mongondow, saya mengira bangunan ini akan lebih Mongondow dan moderen ketimbang Bobakidan.

Dan akhirnya Bobakidan dibongkar total (dengan judul renovasi???) dan dibangunlah bangunan baru sebagai kantor perpustakaan dan kearsipan daerah. Bangunan ini boleh dibilang gedung kembar kantor pajak sebagaimana yang ada di jalan Paloko Kinalang. Desain moderen tapi nilai khas Mongondow dibawah standar dibanding gedung Bobakidan yang dibangun pada masa bupati Damopolii.

Dalam berbagai diskusi medsos terutama FB, "tim bue-bue" sempat memberi komentar bahwa desain ini sudah ditentukan oleh pusat (Jakarta) dan seluruh gedung perpustakaan mempunyai desain yang sama. Namanya juga "tim bue-bue" dusta dan "parakorol" yang dihembuskannya. Dusta "tim bue-bue" ini bisa kita lihat pada desain dan hasil pekerjaaannya, ambil contoh gedung perpustakaan Bolaang Mongondow  dengan gedung perpustakaan Kotamobagu, desain dan bentuknya beda.

Jika memang hasilnya seperti saat ini mungkin lebih elok saat itu gedung perpustakaan dibangun dilahan lain misalnya disekitar kantor pajak biar jadi ikon kotamobagu sebagai 'gedung kembar" untuk gedung yang di bandrol seharga 15,3 Miliar. Sampai kapan pun gedung perpustakaan kotamobagu tidak akang menggantikan ingatan warga kota tentang bangunan monumental dan ikon Kotamobagu yang bernama Bobakidan.

Kotamobagu setelah menjadi daerah otonom ternyata tidak ada bangunan  Monumental baru yang bertambah bahkan berkurang. Kedepan Kotamobagu masih sangat perlu kehadiran bangunan monumental misalnya dibangun kembali gedung Mokodoludut yang berfungsi sebagai gedung kesenian atau bangun kembali gedung Bobakidan dan difungsikan sebagai musium daerah.

Kotamobagu (dan BMR) masih kekurangan bangunan monumental padahal wilayah ini kaya akan budaya dan merupakan daerah kota satu-satunya di Bolaang Mongondow Raya. Dengan adanya bangunan monumental diharapkan menjadi ruh intau Mongondow dalam menyambut moderenisasi dan tranformasi dari kota kecil dan sederhana kearah Kota yang lebih Maju.

Motobatu' Molintak kon Totabuan Naton Kotamobagu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun