Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

"Tuhan": Dari Leijdecker Hingga Pancasila

13 Januari 2025   14:54 Diperbarui: 13 Januari 2025   15:08 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sekilas Profil Melchior Leijdecker

Melchior Leijdecker lahir di Amsterdam Belanda tahun 1645 dan wafat di Batavia (Jakarta) pada tanggal 16 Maret tahun 1701.

Di Indonesia saat ini nama Leijdecker lebih dikenal ketimbang Melchior. Leijdecker adalah nama keluarga dari Melchior yang sering juga dicatat dengan teks Leydekker.

Leijdecker seorang Pendeta yang memiliki latar belakang pendidikan kedokteran. Karyanya yang paling terkenal dan berpengaruh hingga saat ini adalah terjemahan Al Kitab berbahasa Melayu. Terjemahan Leijdecker ini bertahan hingga berabad-abad kemudian setelah Leijdecker wafat bahkan salah satu kata yang digunakan hingga saat ini adalah "Tuhan".

Terjemahan Al Kitab Leijdecker digunakan cukup lama di Nusantara terutama semenanjung Malaka (Malaysia) dan kepulauan Maluku (Indonesia).

Makna kata "Tuhan" (Yang Seharusnya) 

Kata Tuhan pertama kali ditemukan dalam terjemahan Al Kitab karya Leijdecker. Tuhan diambil dari kata Tuang dalam bahasa Melayu Ambon. Tuang yang kemudian di modifikasi dan diberi makna baru dari Tuang menjadi Tuhan. Di beberapa tempat di Ambon kata ini masih menggunakan kata asli tapi makna baru sebagaimana dimaksud oleh Leijdecker. Contoh kosakata Tuang Allah yang sekilas jika diucapkan kedengaran seperti "Tuangala". Selain di Ambon, kata ini juga sering kita dengar dari orang-orang Manado hingga saat ini.

Menurut KBBI, Tuan berarti orang tempat mengabdi, pemilik atau empunya. Tuan lawan kata dari hamba. Leijdecker "memodifikasi"  kata Tuan ini dengan menambahkan huruf "h" sehingga menjadi Tuhan dan diberi makna baru sehingga maknanya menjadi kesatuan wujud antara Tuan dan Hamba. Dalam "bahasa Islam" menjadi Allah dalam wujud Manusia.

Dua abad sebelum kehadiran Leijdecker (termasuk Kristen) di nusantara, konsep "Tuhan" sudah muncul dalam kalangan Islam yang sempat disebarkan oleh Syekih Siti Jenar seorang Wali Islam yang berasal dari Persia ditanah Jawa dengan konsep yang disebutnya Manunggaling kawula Gusti. Bahkan di Baghad beberapa abad sebelumnya konsep ini sempat muncul dan Ulama Islam sepakat menghukumi perbuatan ini sebagai Bi'dah dan terlarang disebarkan.

Agama Hindu juga memiliki konsep yang serupa yakni Dewa yang terlahir dalam bentuk manusia semisal Krisna. Artinya kata gubahan dari Leijdecker ini sebenarnya maknanya sudah tidak asing dalam keyakinan penduduk Nusantara sehingga kata "Tuhan" terterima secara meluas di Nusantara.

Kata Tuhan (seharusnya) diperuntukan untuk menyebut Yesus Kristus. Illahi yang lahir dalam wujud manusia. Islam yang mayoritas menggunakan bahasa melayu juga akhirnya mengadopsi kata ini namun disepadankan dengan Allah. Allah yang tidak ada serupa denganNya. Tuhan tidak pernah berwujud manusia menurut Islam padahal makna Tuhan sendiri yakni Illahi dalam wujud manusia.

Apakah Yesus Kristus Tuhan? selaku penggiat sejarah tentu saya menjawab iya. jawaban ini tentu tak terkait dengan doktrin keimanan apalagi saya selaku Muslim. Mungkin dalam tataran iman, jika pertanyaan ini diubah menjadi: "apakah Yesus itu Allah?" maka jawaban saya tentunya sesuai keyakinan saya selaku Muslim tentunya berbeda dengan jawaban diatas. Kalimat ini tidak dalam rangka mendebat keyakinan pembaca tapi sekedar mengurai sejarah dan etimologi kata Tuhan. 

Tuhan Dalam Pancasila

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun