Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

10 Januari 2025: Mengenang 365 Tahun Terpisahnya Manado dari Bolaang

10 Januari 2025   11:51 Diperbarui: 10 Januari 2025   11:51 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Neuw Amsterdam Manado. Tempat penandatanganan Verbond 10 Januari 1679. Sumber gambar Buku Mukadimah Celebes Utara hal 532

Gambar Cover buku Mukadimah Celebes Utara. Buku yang menjadi referensi utama artikel ini (Sumber: Koleksi pribadi penulis)
Gambar Cover buku Mukadimah Celebes Utara. Buku yang menjadi referensi utama artikel ini (Sumber: Koleksi pribadi penulis)
Akibat penolakan Loloda Mokoagow terhadap Verbond 10 Januari 1679, situasi Sulawesi Utara mulai mencekam sejak saat itu. Pertengahan tahun 1680 akhirnya pecah perang dasyat di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Raja Loloda Mokoagow melawan VOC.

Raja Loloda Mokoagow yang didukung oleh berbagai suku diantaranya Mongondow, Bantik, Tonsawang, Ratahan, Passan dan Ponosakan. Rakyat kerajaan Bolaang-Manado  yang terdiri dari berbagai etnis ini bersatu padu serentak mengangkat senjata melawan Belanda. Sementara itu suku-suku alifuru dipedalaman yang mendukung Verbond 10 januari bergabung dengan pasukan Belanda mengempur basis pertahanan Raja Loloda Mokoagow.

Setelah 4 tahun berperang melawan Belanda, tahun 1683 seluruh basis kekuatan rakyat Sulawesi Utara yang terkosentrasi di Ratahan dan Ponosakan berhasil dihancurkan oleh pasukan Belanda dan aliansinya.

Tahun 1683 akhir dari perang paling berdarah di Sulawesi Utara yang memakan korban rakyat yang sangat banyak. Di Tahun ini juga Belanda terakhir kali mengirim ekspedisi militer dengan tajuk "Penghukuman Bolaang". Negeri Solimandungan yang merupakan Desa terbesar di wilayah Bolaang dihancurkan oleh Belanda tanpa perlawanan berarti dari pihak Raja Loloda Mokoagow.

Dengan kekalahan ini, upaya Loloda Mokoagow untuk menyatukan Manado dengan Bolaang pun berakhir dengan kekalahan di pihak Loloda Mokoagow. Manado benar-benar lepas dari genggaman Raja Loloda Mokoagow, Manado dan Bolaang akhirnya terpisah. Manado tidak mampu lagi dibebaskan oleh Loloda Mokoagow. Manado menjadi milik Belanda seutuhnya.

Kerajaan Bolaang hingga wafatnya Loloda Mokoagow masih berstatus independen (bukan vasal Belanda).

Sebelum Loloda Mokoagow wafat, Raja Bolaang sekaligus bekas raja Manado ini sempat memberikan wasiat kepada suku Bantik: "Intau (Orang) Bantik jangan pernah tinggalkan Manado". Loloda Mokoagow berharap, suku Bantik menjadi pelindung Manado ketika dirinya tidak mampu lagi melindungi Manado.

Kelak dibawah pemerintahan turunan Loloda Mokoagow (dinasty Manoppo), nama Mongondow menjadi pengganti Manado dalam penyebutan Bolaang. Bolaang-Manado menjadi Bolaang Mongondow hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun