Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mitos Perempuan dan Fase Pembentukan Karakter Alpha Female pada Perempuan

17 Juli 2023   11:12 Diperbarui: 17 Juli 2023   11:18 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mitos Perempuan dan Fase Pembentukan Karakter Alpha Female (Sumber Gambar : understandingrelationships.com)

Akhir-akhir ini, kesan perempuan yang dipandang sebagai makhluk yang lemah mencuat lagi ke publik. Musababnya simple! Cuma karena sering curhat ke sosmed. Sedih curhat ke sosmed, kecewa curhat ke sosmed, dikhianatin curhat ke sosmed, gagal kawin sampe perselingkuhan pasangannya disampein ke sosmed. 

Nampaknya sosmed dibranding hanya untuk wadah kesedihan perempuan dan membranding perempuan jadi sosok yang lemah dan menye-menye didalam kehidupan. Padahal aslinya perempuan jauh lebih strong lho? Kenapa begitu?

  • Penelitian yang dilakukan oleh beberapa tim peneliti dari University of Florida tahun 2009 menyatakan bahwa perempuan lebih sering merasakan sakit dibanding laki-laki serta lebih peka terhadap rasa sakit yang dialami.
  • Didukung dengan penelitian Stanford University AS yang meneliti tentang 11.000 catatan medis bahwa perempuan lebih intens merasakan nyeri saat mengalami peradangan akut.

Salah satu buku "The Alpha Girls Guide" karyanya Henry Manarimping si penulis buku Filosofi Teras itu mengungkapkan sisi kuatnya perempuan dalam sosok "ALPHA FEMALE". Kehadiran alpha female bagai antithesis untuk generasi perempuan galau-galau dan suka dibilang menye. 

Pernah ngeliat sosok perempuan yang menginspirasi enggak? Seperti Raisa, Najwa Shihab, Maudy Ayunda dll. Wah siapa yang enggak kenal perempuan---perempuan itu ya? Udah cantik, pinter, ambisius dan lebih utamanya menginspirasi banyak orang. Simpelnya alpha female tuh digambarin kayak publik figure tersebut.

Sebelum bahas sejarah alpha female, perlu diketahui beberapa mitos dan stereotip tentang perempuan berikut ini :

1. Mitos Perempuan dan Pendidikan

Dulu tuh sering banget denger anggapan kalo "Ngapain sih perempuan sekolah tinggi-tinggi? Ujung-ujungnya ke dapur, sumur dan kasur". Iya sih bener. Mau professor sekalipun kalo mau masak ya ke dapur, kan enggak ada professor yang mau masak harus ke teras ya? kecuali dapurnya ada di teras? Hehe... Sejak pejuang emansipasi perempuan yang bernama R.A Kartini itu akhirnya perempuan enggak harus selalu di dapur, kasur dan sumur. 

Dalam hal pendidikan, beberapa mitos yang berlaku terhadap perempuan alpha adalah menolak perilaku princess mentality, anggapan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting, lebih independent dari aspek perekonomian karena pendidikan dapat memperbesar peluang untuk memperbaiki perekonomian keluarga, pendidikan dapat membuat perempuan lebih cerdas dan mendidik anak menjadi lebih cerdas lagi, perempuan yang cerdas, mandiri dan independent memiliki stereotip susah mendapatkan pasangan padahal enggak selamanya begitu, perempuan yang berpendidikan tinggi susah mendapat jodoh padahal perempuan bisa menstimulus pria untuk meningkatkan tingkat inteligensinya. Hal seperti ini merupakan serangkaian mitos yang dialami perempuan cerdas, berpendidikan tinggi, mandiri dan independent.

2. Mitos Perempuan dan Peran

Peran perempuan dalam masyarakat selalu berhubungan dengan mitos yang beredar. Diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Peran perempuan sebatas dalam ruang lingkup rumah tangga. Namun, pemikiran tersebut bukanlah satu-satunya kebenaran yang absolut. Perempuan dan pria mempunyai peran yang sama untuk mendapatkan haknya, memperoleh kesuksesan dengan segala bidang digeluti. Mitos tersebut tidak merepresentasikan kapabilitas, kapasitas dan potensi perempuan. Misalnya eksistensi perempuan dalam ranah militer. Dalam tulisan Rijklof van Goens mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 150 orang perempuan yang mengawal dan mengiring Sultan Mataram untuk menjaga keselamatannya. Setelah revolusi terjadi, peran perempuan masih terlihat dalam kelaskaran. Saat TNI dibentuk, justru perempuan yang turut terlibat dalam kelaskaran tidak dilibatkan. Hingga akhirnya tahun 1960, peran perempuan dalam bidang militer kembali bersinar. Prajurit perempuan memiliki peran yang sangat historikal dari masa ke masa. Prajurit perempuan memiliki peran dan tugas dibidang non-tempur dengan melaksanakan pekerjaan administrasi, pekerjaan dukungan perwira dalam suatu rapat dan pertemuan, etika protokoler serta memberikan pengajaran Bahasa asing. Perjuangan perempuan Indonesia telah berhasil mendapatkan kesetaraan di era modern dan keseharusan dalam peran aktif yang sempit hingga mondial.
  • Mitos bahwa perempuan tidak cocok untuk dunia bisnis juga salah. Dalam dunia bisnis, banyak perempuan yang telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang cerdas dan berhasil. Perempuan dan laki-laki sama-sama cerdas, pandai, dan pemimpin. Perempuan harus mendapatkan dukungan dan kesempatan yang adil untuk mencapai potensi mereka di dunia bisnis.
  • Perempuan hanya berperan sebagai pelengkap dan pendamping pria. Perempuan mempunyai mimpi dan potensi dalam diri mereka. Hak untuk mendapatkan jenjang karir, bereksplorasi dengan minat dan bakat yang ditekuni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun