Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengkaji Aspek Penting Pertahanan Negara dan Peperangan Kota

9 Januari 2022   11:29 Diperbarui: 9 Januari 2022   12:13 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Suatu negara tidak dapat menjaga dan memelihara eksistensinya bila tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dari berbagai ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu dengan segala kemampuan dan sumber daya yang dimiliki, bangsa Indonesia bertekad bulat untuk membela, mempertahankan, dan menegakkan kemerdekaan serta menjaga keutuhan, kedaulatan negara, dan keselamatan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945, salah satu upaya tersebut adalah melalui pertahanan negara.

Membangun pertahanan negara, antara lain dengan membangun kemampuan peperangan, dan salah satunya adalah kemampuan peperangan kota atau Urban Warfare. Peperangan kota dapat diartikan sebagai suatu peperangan yang berlangsung di sebuah wilayah kota atau perkotaan. Peperangan kota tidak mungkin dipisahkan dari sejarah perkembangan wilayah kota atau perkotaan, maupun dari sejarah peperangan yang terjadi di kota atau perkotaan itu sendiri. Kota atau perkotaan merupakan area atau wilayah yang sangat penting yang senantiasa ditempatkan sebagai pusat pemerintahan dan kekuasaan maupun hal-hal kritikal (vital) lainnya. Oleh karenanya penaklukan (perebutan) maupun pertahanan (perlindungan) terhadap wilayah kota dan perkotaan menjadi hal yang sangat strategis dan penting.

Memahami pandangan King (2021) tentang Urban Origins, bahwa asal kota merupakan hasil evolusi wilayah atau kawasan, di mana pusat pemerintahan dan kekuasaan maupun hal-hal kritikal (vital) lainnya, yang semula dibatasi dan dilindungi dengan bangunan tembok-tembok besar berbentuk benteng (perbentengan) kemudian melalui proses waktu yang panjang menjadi wilayah atau kawasan, di mana pusat pemerintahan dan kekuasaan maupun maupun hal-hal kritikal (vital) lainnya lebih tersebar serta tidak lagi dibatasi dan dilindungi tembok-tembok perbentengan. Pada masa lalu benteng atau perbentengan sangat identik dengan bangunan untuk militer yang dibuat guna keperluan pertahanan sewaktu dalam peperangan. Benteng sudah dibangun oleh manusia sejak ribuan tahun silam dalam berbagai model dan bentuk yang pada akhirnya berkembang menjadi bentuk yang sangat kompleks. Benteng dibuat sebagai upaya sekelompok manusia dalam mempertahankan diri dari serangan pihak lain. Benteng juga menjadi bagian dari strategi penyerangan yang bersifat kependudukan. Benteng selalu dikaitkan dengan peperangan akibat adanya konflik antar kelompok manusia yang timbul oleh berbagai sebab. Pembangunan benteng digunakan untuk tujuan mencegah bahaya yang mengancam keselamatan harta, benda, jiwa, dan penduduk yang ada di dalamnya.

Dalam perkembangan sejarah  dunia  perang benteng yang menjadi awal terjadinya perang kota karena benteng  menjadi pusat aktifitas manusia, seperti di jelaskan tujuan pembangunannya tidak lagi menjadi simbol pertahanan tetapi juga menjadi pusat aktivitas dan interaksi sosial manusia. Perang Benteng di dunia dari sekitar awal peradaban hingga saat ini seperti: 1) benteng Israel Masada yang di bangun pada tahun 66 M di masa kerajaan Yudea digunakan perang antara bangsa Romawi dengan pemberontak yang menewaskan banyak pasukan Romawi; 2) Kastil Windsor (Inggris) digunakan dalam pengepungan era Baron pertama dan seterusnya dalam perang saudara Inggris. Kastil telah beralih fungsi menjadi pusat militer dan saat ini menjadi tempat tinggal Ratu Inggris; 3) Perang benteng yang melibatkan massa dengan jumlah besar dan terjadi dalam penyerbuan di Bastille pusat kota Paris pada 14 Juli 1789 sebagai pemicu terjadinya revolusi Perancis, menelisik dari beberapa perang benteng lainnya telah diidentifikasi peperangan kota selalu terjadi pada pusat utama aktifitas pemerintahan serta kekuasan maupun hal-hal kritikal (vital) lainya. Bukti menunjukkan bahwa peperangan sebenarnya selalu merupakan bagian integral dari kehidupan kota. Sejak awal, permukiman perkotaan ditentukan oleh tembok yang mengelilinginya dan untuk melindungi penghuninya. Kota atau perkotaan tersebut mungkin merupakan tempat lahirnya suatu peradaban; namuin itu juga sekaligus sebagai media perang.

Di Indonesia, dalam perjalanan sejarah perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, tidak sedikit peristiwa peperangan yang identik untuk disebut juga sebagai peperangan kota, terjadi pada masa sebelum maupun selama perang kemerdekaan Indonesia, antara lain: 1) Benteng Somba Opu milik Kesultanan Gowa dikuasai oleh pasukan Hindia Belanda (VOC) pada abad ke 17 dan 18, di mana pasukan Hindia Belanda berhasil memenangkan peperangan melawan pasukan kerajaan Gowa; 2) peperangan kota Surabaya pada 10 November 1945, di mana dalam kurun waktu tiga hari pasukan kolonial berhasil merebut sebagian besar kota Surabaya, sedangkan pasukan Republik yang minim senjata melawan selama tiga minggu, dan ribuan orang meninggal dunia sehingga penduduk kota mengungsi ke pedesaan; 3) Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi tanggal 23 Maret 1946 menjadi satu titik penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, ini ditandai dengan pengosongan dan pembakaran kota Bandung oleh rakyat dan tentara Indonesia agar tidak dijadikan sebagai markas pasukan Sekutu dan NICA (Belanda). Aksi bumi hangus kota Bandung dianggap sebagai taktik yang dinilai paling ideal pada situasi saat itu karena kekuatan pasukan Indonesia tidak sebanding dengan kekuatan Sekutu dan NICA; 4) Serangan umum 1 Maret 1949 oleh tentara Republik Indonesia terhadap pasukan Belanda di Yogyakarta. Latar belakang serangan tersebut antara lain karena dengan merebut kota Yogyakarta selama beberapa jam sebagai Ibu Kota RI diyakini mampu mempengaruhi dunia bahwa Indonesia masih ada (meskipun saat itu peperintahan darurat berada di Bukit Tinggi); dan 5) Peperangan empat hari kota Solo atau serangan umum Surakarta pada 7 -- 10 Agustus 1949, adalah peperangan tentara pelajar yang dipimpin oleh Letkol Slamet Riyadi dan Mayor Achmadi mampu melumpuhkan pasukan Belanda dan membuat Belanda mengembalikan kekuasaan Kota Solo kepada Pemerintah RI perwakilan Kota Solo.

Pada peperangan kota modern, dimungkinkan untuk mengidentifikasi topografi secara khusus dengan mengambil pandangan yang lebih luas. Meskipun detail setiap peperangan berbeda, peperangan kota terdiri dari tiga elemen mendasar yakni kota, persenjataan, dan kekuatan. Peperangan kota ditentukan oleh skala dan demografi pemukiman perkotaan dimana peperangan terjadi, persenjataan yang tersedia untuk kombatan dan ukuran kekuatan militer atau sejenisnya. Ketiga faktor ini akan membentuk elemen peperangan kota di mana bersama-sama akan menghasilkan medan tempur (battle scope) yang dapat dikenali.

Hubungan perang kota kontemporer dengan perang kota yang berkembang saat ini, dipenggaruhi oleh konsep revolusi perkotaan dan peperangan yang terjadi dilingkungan tersebut. Peperangan kota secara fundamental memenuhi beberapa aspek taktis dan teknis operasional, antara lain: manuver serangan merupakan vektor gerakan arah ke depan (maju) dan arah ke atas; pengerahan kekuatan pasukan dalam skala kecil yaitu beberapa tim atau regu yang diorganisasikan di bawah komando pengendalian satuan setingkat kompi maupun batalyon; sumber daya yang ada di wilayah kota atau perkotaan, khususnya Sumber Daya Manusia (SDM) adalah penting untuk dapat memanfaatkan, dalam hal ini bersumber dari milisi lokal; dan penggunaan alutsista juga relatif berukuran kecil hingga sedang dengan tujuan memungkinkan bagi pasukan bermanuver secara luwes serta flexible (King, 2021).

Perkembangan kota atau perkotaan besar di Indonesia terus bertumbuh kembang semakin menjadikannya lebih. Hal tersebut juga membawa konsekuensi semakin besarnya ancaman terhadap kota atau perkotaan. Dengan demikian, kota maupun perkotaan tersebut harus memiliki kemampuan pertahanan kota, baik secara menyerang (offensive) maupun bertahan (defensive) yang di dalamnya meliputi sub-sub kemampuan untuk penyerangan, merebut, mengusai, melindungi, mengamankan, dan mempertahanankan kota atau perkotaan dari berbagai ancaman. Tidak dapat dihindari bahwa konsep peperangan telah mengalami perubahan bentuk yang diikuti dengan perubahan/pergeseran tempat (theater) ke wilayah kota atau perkotaan. Seperti dalam pemikiran King (2021), kota tidak hanya sebagai pusat peradaban tetapi sekaligus sebagai media perang maka perlu menyusun sebuah konsep peperangan kota yang relevan di terapkan di Indonesia. Konsep tersebut di susun dengan menjelaskan secara konseptual seperti: lingkungan strategis dan peperangan kota, sasaran peperangan kota, konsep operasi, logistik, pendidikan dan latihan. Hal lain yang perlu menjadi atensi adalah bahwa ebagai bagian dari usaha-usaha dini dalam kerangka membangun pertahanan negara, maka pemerintah perlu menentukan dan menetapkan kota-kota atau perkotaan sebagai wilayah penting (strategis) untuk ditetapkan sebagai object penting dan strategis (center of gravity) yang harus senantiasa dilindungi dan dijaga dari berbagai kemungkinan ancaman peperangan kota maupun sebagai tempat pemerintahan darurat. Sejalan dengan hal tersebut maka diharapkan konsep peperangan kota Indonesia dapat menjadi pedoman dalam membangun kemampuan peperangan baru yaitu peperangan kota Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kemampuan pertahanan negara dari ancaman peperangan kota.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun