Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dialektika Guru sebagai Pendidik, Profesi, Agen Perubahan Sosial dan Intellectual Transformative

25 November 2021   10:49 Diperbarui: 25 November 2021   11:02 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar : kitatulus.com

"Selamat Hari Guru 2021" 

Menjadi guru adalah panggilan kemanusiaan dan memiliki sisi kesadaran humanis yang sangat tinggi. Berbicara masalah guru bukan hanya pada sisi materialistik dan pendapatan. 

Upah yang diterima sebatas wujud kepantasan bukan kegiatan transaksional dan unsur jual beli yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Jika diukur secara materi, transformasi ilmu pengetahuan dan pengajarannya tidak akan mampu membalas. Ditambah dengan visi mendidik dan mengajar semakin dipersempit dengan adanya cara pandang masyarakat yang mengatakan guru sebatas profesi dan transfer pengetahuan. 

Menilik pada sejarah Jepang dimana Kota Hirosima dan Nagasaki yang dibom oleh sekutu tahun 1945, korban jiwa berjatuhan dan menyisakan beberapa orang tentara dan guru. 

Dengan sisa-sisa guru yang ada, Jepang membangun kembali peradabannya dan memulihkan lini kehidupan dengan penguatan mental serta pendidikan melalui guru. 

Kehormatan bagi seorang guru untuk menemukan dalam tonggak berdirinya bangsa. Beberapa rangkaian sejarah membuktikan peran guru sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, salah satunya adalah peran taman siswa dan Kihajar Dewantara. 

Melalui prinsip among, ngemong dan momong, pendidikan mampu menyentuh kalangan pribumi. Dulu, guru formal hanya menyentuh kalangan menengah, sementara pribumi termajinalkan. Susahnya bertemu guru disaat itu. 

1. Guru sebagai Pendidik 

Antropolog bernama Van Eukul dan Kellog telah melakukan penelitian terhadap anak manusia yang dididik oleh binatang, anak itu berperilaku seperti binatang dan human beingnya tidak berkembang secara sempurna. 

Dari hal tersebut, dapat dipahami jika guru memanusiakan manusia. Mentransfer nilai kemanusiaan yang seharusnya hidup didalam diri manusia. Bukan hanya sekedar ilmu yang bermanfaat untuk menjalani kehidupan tetapi guru mentransmisikan nilai luhur yang mulia agar menjadi manusia. 

Masa pandemi COVID-19 ini sudah banyak mengajarkan tentang hakikat pentingnya guru. Pembelajaran daring mengajarkan orang tua mengenal cara belajar anaknya, daya serap anaknya sendiri dan bagaimana harus mengatasinya. 

Tak jarang, orang tua juga terlibat dalam sistem pembelajaran seperti mengerjakan PR, mencari rumus-rumus yang terlupa di google. Asistensi teknologi pada akhirnya bukan menggantikan guru untuk mendidik. 

Meski sudah ada media seperti youtube, google dan lainnya, guru takkan tergantikan karena media tidak memiliki sisi humanis seperti guru. Nilai humanis berupa kasih dan ketulusan tidak akan pernah didapatkan dari media internet. 

2. Guru sebagai Profesi 

Profesi sangat berkaitan erat dengan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah dengan mengandalkan suatu keahlian yang berimplikasi pada pendapatan dan  keuntungan secara ekonomis. Mengacu pada UU No.14 tahun 2005 guru dan dosen memiliki status tambahan sebagai profesi. 

Guru mendapatkan upah dan tunjangan profesi sehingga hal ini menambahkan guru secara kuantitas namun tidak seiring dengan kualitas. 

Meski sudah mendapatkan upah, tidak selayaknya sikap kita sewenang-wenang terhadap guru. Upah yang diterima guru sebagai bentuk kepantasan dan kewajaran. Kembali lagi, pada benang merah seorang guru sebagai orang yang mengajarkan kehidupan lebih luas dan mengubah manusia menjadi manusia. 

3. Guru sebagai Agen Perubahan Sosial 

Selain mendidik bidang pendidikan formal, guru menjadi agen perubahan sosial mulai dari tumbuh kembang anak disekolah dan  sosialisasi yang terjadi terhadap sesama teman. 

Segala aspek psikologis dan pembentukan konsep dirinya diperhatikan secara terperinci. Bagaimana aspek fenomonologis yang terjadi selama masa pertumbuhan ini diarahkan menjadi lebih baik lagi karena 1/3 waktu anak dihabiskan dilingkungan formal. Transmisi nilai sosial banyak terjadi bersama dengan teman sebaya dan interaksi dengan guru. 

4. Guru sebagai Intellectual Transformative 

Dialektika ini justru cara pandang masyarakat sebagai bentuk kurangnya kesadaran terhadap pendidikan. Guru berperan aktif mentransfer pengetahuan kedalam bentuk wujud nyata kehidupan siswa. 

Guru berbagi pengetahuan, cara pandang, pola pikir, solusi permasalahan, bekal kehidupan dimasa mendatang. Saat berada dibangku sekolah, mungkin kita belum menyadari nilai-nilai yang telah ditanamkan dalam diri. Setelah terjun langsung ke dunia yang begitu luas, aspek nilai bukan lagi sekedar material yang mampu dibayar dengan SPP setiap bulan. 

Dalam hal ini, guru menjadi subjek sekaligus objek dalam pengajaran. Konstruksi makna yang disampaikan bukan hanya untuk banyak orang tetapi juga untuk diri sendiri. Bagaimana guru mengubah idealismenya dalam bentuk pengajaran yang berguna dan bermanfaat untuk masa depan bangsa. 

Bogor, 25 November 2021, 

Salam, 

Sri Patmi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun