Playing Victim merupakan gambaran orang yang suka merubah jalan cerita seakan-akan ia adalah korban. Orang-orang ini handal sekali memanipulasi situasi, kondisi dan keadaan. Playing victim dilakukan untuk menghindari tanggung jawab. Lebih parah lagi, si pelaku akan memposisikan diri sebagai korban ketidakadilan.Â
Playing victim mentallity ini membutuhkan waktu yang intensif dalam penanganannya. Tipe orang yang memiliki playing victim mentallity akan berupaya jika pandangan mereka yang paling benar. Sudut pandang paling berbeda dibandingkan orang lain, bukan pula tipe out of the box. Tipe seperti ini cenderung memiliki kontrol terhadap orang lain, tetapi kurang kontrol untuk diri sendiri. Ibarat peribahasa "semut diujung lautan akan terlihat, sementara gajah didepan mata tidak terlihat"
Hati-hati jika tanda-tanda ini muncul didalam diri Anda :
1. Suka Melempar Kesalahan Kepada Orang Lain
Cerminan kepribadian playing victim mentallity ini adalah kurangnya rasa tanggung jawab. Entah bagaimana caranya, ia akan berusaha agar namanya tetap suci dihadapan publik. Terkadang memanipulasi keadaan agar orang lain yang bersalah. Memposisikan diri sebagai korban yang paling sengsara kehidupannya didunia ini.Â
Tak heran jika berbagai alasan akan dibuat agar posisinya aman. Jika ditempat kerja, atasan yang mengorbankan bawahannya agar tidak disalahkan oleh bos besar. Kerap kali keadaan playing victim mentallity ini mencari-cari alasan dan pembenaran diri, bahkan selalu mengatakan "ini bukan salah saya, saya sudah ajukan kepada dia".Â
Padahal peran dan tanggung jawabnya tidak secara penuh dijalankan. Hanya sebatas melempar bola panas ke tangan orang lain, sementara ia hanya tertawa melihat orang lain disalahkan. Terus menyalahkan orang lain, justru mengkaburkan keadaan yang sesungguhnya dan masalah inti tidak akan pernah mendapat solusi. Seperti mengurai benang kusut dengan cara melilitkan lagi dan lagi. hasilnya pun nihil...Â
Dampak terhadap diri sendiri adalah tidak ada pembelajaran bermakna untuk menjalani kehidupan kelak karena hikmah pembelajaran sudah dipindahalihkan ke orang lain. Tetapi tidak untuk beban  mental yang dirasakan, ia akan terus dihantui rasa bersalah terhadap diri sendiri dan orang lain yang menjadi sasaran. Kecenderungan ini mengakibatkan pembentukan diri dan pendewasaan sikap akan terhambat.Â
Jangankan untuk menentukan cara yang baik, untuk sekedar evaluasi dan introspeksi diri saja tidak sempat. Ia hanya sibuk menunjuk orang lain harus bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak pernah diperbuat. Keadaan yang lebih parah lagi, sudah dibantu oleh orang lain tetapi orang yang membantu malah disalahkan atas kegagalan tersebut.Â
Dampak lainnya adalah keadaan ini akan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Orang yang menjadi sasarannya akan merasa dunia ini tidak adil bagi dirinya. Hanya terus disalahkan, sementara orang yang melempar kesalahan masih lenggang kangkung menikmati kehidupan. Terhadap diri sendiri dan orang lain akan menimbulkan masalah yang berkepanjangan.
2. Berusaha Memperoleh Belas Kasihan Orang LainÂ
Playing victim adalah perilaku toxic yang menyimpang. Penderita victim mentallity bukan berarti tidak menyadari penyimpangan perilaku tersebut, hanya saja ia berusaha meraih simpati banyak orang. Kesan yang dimunculkan adalah ia korban dari setiap kesalahan dan permasalahan yang terjadi.
Cara-cara untuk meminta belas kasihan dari orang lain dengan cara membangkitkan perasaan emosi dalam bentuk simpati dan empati dengan fakta yang dimanipulatif. Dampaknya akan menciptakan kebohongan demi kebohongan lainnya untuk mendapatkan keberpihakan dari orang lain agar membela kepentingannya.Â