Mohon tunggu...
patmawati dahlan
patmawati dahlan Mohon Tunggu... -

Seorang yang suka menulis tapi merasa tak punya waktu untuk menulis. sedang mendalami Multiple Intelligence dan belajar jadi pengusaha..ha..ha..ha...

Selanjutnya

Tutup

Money

Outsourcing? Why Not?!

2 Februari 2012   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:09 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang bercita-cita ingin menjadi karyawan outsourcing (OS)? InsyaAllah, yang ditanya semuanya menjawab, tidak! Siapa yang mau menjadi karyawan dengan status tidak jelas begitu? Frase ini adalah ungkapan ketidaksetujuan sebagian orang akan keberadaan perusahaan/sistem outsourcing.

Mengapa OS mendapat stigma negatif? Hal ini tentu tidak berlangsung begitu saja. Awal mulanya, sesuai yang diatur oleh UU Naker, pekerjaan yang dapat di OS adalah pekerjaan yang bersifat musiman dan tidak berkaitan dengan core business suatu perusahaan. Sistem OS digunakan untuk menggantikan tenaga kerja borongan yang nota bene sering menjadi sapi perah. Gaji di bawah KHL, lembur tanpa dibayar, tanpa asuransi, tidak mendapat THR, boro-boro dapat pesangon! Padahal, jangka waktu kerjanya lumayan panjang, bahkan ada yang tahunan. Karenanya, OS hadir sebagai solusi. Selanjutnya, OS tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perusahaan OS bermunculan bak cendawan di musim hujan, mungkin sekarang jumlahnya mencapai ribuan.

Apa yang terjadi dengan menjamurnya perusahaan OS? Persaingan tidak sehat tentunya! Perusahaan OS menggunakan segala cara untuk mendapatkan klien, salah satunya dengan memasang harga murah. Pekerja layaknya komoditi yang diperjualkan, bahkan kadang saya pikir ini adalah traficking model baru! Dengan harga murah, jangan harap perusahaan OS memberikan gaji yang layak kepada pekerjanya. Maka, timbullah gejolak di kalangan pekerja bagian produksi (lazim dibahasakan sebagai buruh) yang berbuah pada turunnya keputusan MK untuk mencabut sistem OS dan menilainya sebagai praktek yang menyalahi ketentuan UU Naker. Menurut saya, pekerja bagian produksi tidak tepat di OS, karena pekerjaan mereka sesungguhnya adalah core business suatu perusahaan. Jika tidak, mengapa apabila para pekerja bagian produksi ini mogok, perusahaan bisa berhenti berproduksi? Bahkan bisa jadi perusahaan tersebut gulung tikar.

Lalu, apakah nasib karyawan swasta non OS lebih baik? Jawabannya adalah tidak selalu! Selain perusahaan besar, sekarang ini, jarang yang menjadikan karyawannya sebagai karyawan tetap. Perusahaan memilih untuk menggunakan sistem kontrak. Ada yang menerapkan kontrak maksimal 3 tahun, jeda, dikontrak lagi; atau jika sudah batas waktu pengangkatan karyawan tetap, karyawan tersebut dikeluarkan (diantranya, AL*AM*RT dan IN*O*ART), bahkan ada yang jangka waktu kontraknya hanya satu bulan (sebuah butik di TP Sby). Ada juga yang membayar jauh di bawah UMK dengan alasan kemampuan perusahaan,  melemburtanpabayarkan karyawan, tidak memberikan asuransi, diperlakukan sebagai karyawan harian (no work no pay), dan lain-lain.

Masih jauh lebih enak di perusahaan OS dengan sistem penggajian yang fair, walau pada prakteknya, hanya segelintir yang demikian (diantaranya adalah PT tempat saya bernaung -bukan bermaksud promosi lho....). Asuransi kesehatan dan JAMSOSTEK, THR, tunjangan transport, tunjangan makan, lembur sesuai Disnaker, komisi, bonus, upah minimal UMK, dan berbagai fasilitas lainnya. Jika saja, semua perusahaan OS dan para usernya menerapkan UU Naker dengan sebenar-benarnya, maka kesejahteraan karyawan OS akan jauh lebih baik dan demo untuk menuntut pencabutan sistem OS tidak terjadi. Untuk itu, diperlukan komitmen yang kuat dari perusahaan OS untuk seia-sekata menolak order di luar ketentuan UU. Bisakah?

Jadi, tidak mengapa bukan menjadi karyawan OS? Asal bernaung di perusahaan OS yang tepat dan menjadikan karir di perusahaan OS sebagai batu loncatan dan mencari pengalaman. Sebagaimana yang kita tahu, jarang karyawan OS mempunyai jenjang karir yang jelas, kecuali masuk ke dalam manajemen.

Salam Berkah.......

Surabaya, 2 Pebruari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun