Setiap mahasiswa memiliki tantangan tersendiri dalam menempuh pendidikannya. Bagi saya, perjalanan kuliah di UIN Antasari Banjarmasin tidak hanya tentang menghadiri kelas dan menyelesaikan tugas akademik. Saya juga mengemban amanah sebagai musyrifah di asrama kampus selama kurang lebih dua tahun. Peran ini bukan hanya menambah daftar tanggung jawab, tetapi juga memberikan pengalaman berharga yang membentuk karakter dan pola pikir saya.
Awal Perjalanan: Mengapa Menjadi Musyrifah?
Sebagai mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin, setiap mahasiswa diwajibkan untuk tinggal di asrama dalam jangka waktu tertentu. Namun, tidak semua mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk menjadi musyrifah. Kepercayaan ini diberikan kepada mereka yang dianggap mampu membimbing dan mendampingi teman-teman mahasiswi lainnya selama masa tinggal di asrama. Saya menerima amanah ini dengan rasa syukur, meskipun pada awalnya tidak pernah terbayang betapa besar tanggung jawab yang harus saya emban.
Tugas utama seorang musyrifah bukan hanya memastikan aturan asrama dijalankan, tetapi juga menjadi tempat curhat, mentor, dan bahkan terkadang seperti seorang kakak bagi para penghuni asrama. Ini bukan hal yang mudah, mengingat saya sendiri juga memiliki tantangan akademik yang harus diselesaikan.
"Kesibukan bukan alasan untuk menyerah, tetapi kesempatan untuk belajar mengelola waktu dan diri."
Menjalani Peran Ganda: Antara Kuliah dan Musyrifah
Memadukan peran sebagai mahasiswa dan musyrifah membutuhkan manajemen waktu yang baik. Setiap harinya, saya harus membagi waktu antara kuliah, mengerjakan tugas, serta mendampingi penghuni asrama. Ada kalanya saya merasa lelah secara fisik dan mental, tetapi saya sadar bahwa ini adalah bagian dari perjalanan yang akan membentuk diri saya menjadi pribadi yang lebih baik.
"Ketika kita mampu mengatur waktu dan niat dengan baik, tidak ada peran yang terlalu berat untuk dijalani."
Beberapa tantangan yang saya hadapi selama menjalani peran ganda ini antara lain: