Mohon tunggu...
Pat Danang
Pat Danang Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Punggung Dimas Kanjeng

13 Oktober 2016   10:26 Diperbarui: 14 Oktober 2016   10:35 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa di balik punggung Dimas Kanjeng?

Heboh beberapa waktu yang lalu dengan penggandaan uang ataupun mengadakan uang ataupun menghadirkan uang intinya uang berlipat di tangan seorang “Dimas Kanjeng”dalam waktu sekejab .

Lantas ada penilaian itu adalah ajaib,sulap, sihir, penipuan, trik akal bulus, ataupun yang menganggapnya sebagai koromah. Tergantung bagaimana diuntungkan fenomena tersebut menguntungkan seseorang ataupun sekelompok.

Bungkusan dari peristiwa itu sebenarnya juga sudah sangat apik karena ada pendanaan dan bea siswa bagi orang kurang mampu, anak yatim dan sebagainya yang dibuktikan berdirinya badan legal berupa yayasan tidak tanggung tanggung dipimpin langsung oleh seorang professor dan tokoh nasional yang cukup berpengaruh.

Juga muncul sekumpulan orang-orang yang walaupun berpengharapan akan mendapatkan penggandaan uang ,( beberapa orang mendapatkan uang yang ternyata uang palsu atau emas palsu , namun segala fenomena palsu ini semua karena belum disentuh oleh tangan ajaib Dimas kanjeng, atau kadang uang mainan langsung di reduksi dengan sebuatan souvenir ck ck , hebatnya kelumpuhan rasio di tempat itu ) tetapi sebenarnya karena mereka sudah sukarela menyerahkan uang ke tempat itu, mereka lebih mencari kedamaian atau ketentraman batin , dengan menimba makrifat dari Tuhan .sungguh sebenarnya hal yang bagus , namun sayang apabila ini hanya sekedar bungkus dari praktik yang sebenarnya sangat mengerikan.

A adanya pembunuhan dari 2 orang dekat Dimas Kanjeng mungkin menjadi indikator adanya ketidakberesan sebuah gerakan yang ada di dalamnya yang bagi kita yang tidak pernah terlibat di dalam padepokan hanya menduga duga , dan paling celakanya adalah menjadi korban penggiringan opini dari para penggerak media masa ataupun jaman sekarang revolusi baru di bidang media yaitu social media .

Kembali ke kasus penggandaan uang yang berujung dengan adanya pembunuhan dari 2 orang Sultannya Dimas Kanjeng , adalah menarik dengan mengajukan beberapa pertanyaan di dalamnya

  • Siapa dibalik terjadi fenomena uang berganda terjadi dari balik punggung Dimas kanjeng
  • Mengapa baru sekarang diungkap fenomena penggandaan uang

Sebenarnya banyak pertanyaan bisa kita tarik di peristiwa itu tapi keliaran berpikir manusia kadang menemukan hal hal yang mencengangkan apabila itu menjadi hipotesa hipotesa jawaban atas pertanyaan tersebut.

Kalau pertanyaan no 1 dijawab bahwa ada Jin dibelakang keajaiban itu , maka semua orang di padepakan tersebut semuanya bisa percaya ketika Dimas kanjeng duduk di singgasananya sambil uang disebar di bawah kakinya !!! walau ketika ditanya dari mana kepercayaan itu dibangun di dalam dirinya dari orang orang tersebut paling ahnya menjawab melihat dengan kepala sendiri , sebenarnya itu asih terbatas karena mereka tidak bisa melihat yang tidak kasat mata !!

Tetapi kini ketika Dimas Kanjeng duduk sebagai tersangka pembunuhan maka keyakinan mereka bahwa si Jin yang tukang mengganda atau menghadirkan uang jadi tidak bisa lagi menggandakan uang karena “ mungkin Jinnya pedas matanya karena semprotan gas air mata” atau Dimas kanjeng tidak bisa melakukan hal tersebut dia lagi stress sehingga si Jin tidak bisa bekerja atau apa saja untuk membuat dalih yang sudah diafirmasi sedemikian rupa !

Pertanyaan kedua : ini menurut saya sangat menarik , sebenarnya fenomena banyaknya orang tertipu akibat penggandaan uang ini sudah dari dulu, penulis sudah beberapa kali melihat yang seperti ini bahkan yang kedua kali melihat bagaimana orang yang menggandakan uang yang ternyata palsu dicari hendak digebukin oleh orang orang yang tertipu! Bahkan keluarga deket terhitung paman pernah mengalami hal hal semacam ini sampai beberapa sawah dan uang simpanan habis .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun