Mohon tunggu...
Jimmy Ginting
Jimmy Ginting Mohon Tunggu... profesional -

Tidak ada yang istimewa, hanya ingin berbagi dan mengambil pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuliah Singkat untuk Uni F

4 Februari 2016   14:16 Diperbarui: 15 Juni 2016   12:45 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1. Teori Kepribadian (personality theory) yang digagas oleh Hans Eysenck. Inti dari teori ini adalah  bahwa kejahatan yang dilakukan seseorang sangat bergantung dari kemampuan dan stabilitas saraf manusia menerima tekanan (stimulan) dari luar dirinya. Miras tidak termasuk dalam stimulan yang dimaksud. Stimulan yang dimaksud adalah nilai-nilai yang hidup di masyarakat.

2. Teori Pengaruh Keluarga (family influence) yang digagas oleh Farrington . Farrington berpendapat bahwa anak-anak dari keluarga kelas menengah ke bawah (kelas pekerja) terlebih tidak harmonis (broken home) cenderung memiliki peluang dimasa dewasanya menjadi penjahat (criminal). Pendapatnya berdasarkan penelitian terhadap 411 anak-anak sekolah dasar di Inggris pada tahun 1953. Teori ini erat kaitannya juga dengan faktor ekonomi suatu keluarga dengan aumsi awal bahwa kejahatan cenderung dilakukan oleh kelas menengah ke bawah yang mendapat “tekanan” terhadap pemenuhan kebutuhan hidup.

3.  Teori Pembelajaran Sosial (social learning theory) yang merupakan pengembangan dari teori “asosiasi (differential association) diperkenalkan oleh E.H. Sutherland . Peter B. Aisworth berpendapat mengenai teori Sutherland  bahwa teori asosiasi menerangkan timbulnya prilaku kriminal (criminal behavior) atau berprilaku jahat (behave in criminal) karena adanya interaksi sosial yang intensif dan mendalam antara individu-individu di masyarakat, terlebih adanya individu yang menjadi anggota group /kelompok tertentu.

Intinya, miras tidak dapat dipandang atau disimpulkan secara sederhana menjadi penyebab tindakan kriminal. Dalam konteks tabrakan yang diakibatkan pengemudi mabuk, atau pembunuh yang di mulutnya beraroma alkohol, kesimpulan miras sebagai penyebab juga tidaklah tepat. Kita perlu menggali mengapa seseorang mengkonsumsi miras. Latar belakang ini penting untuk di gali karena kita mampu melihat persoalan sebenarnya.

Lagipula Uni, seseorang yang kehilangan kesadaran karena meminum alkohol tidak dapat berbuat tindakan kriminal. Mengapa ? Karena kehilangan kesadaran artinya pingsan. Tetapi saya sepakat Uni, seseorang yang setengah hilang kesadaran merupakan pihak yang paling berbahaya. Oleh sebab itu Uni, mari kita berfokus pada hal itu. Bagaimana mencegah orang minum dengan tidak bertanggung jawab. Kata kuncinya adalah tanggung jawab, Uni. Jika Uni berpikir dengan pelarangan maka masalah selesai, masalah tidak pernah selesai dengan larangan Uni.

Sekian kuliah singkat dari saya yang belajar mengasihi sesama anak bangsa dan mahluk Tuhan. Lain waktu, Uni boleh menguliahi saya juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun