Mohon tunggu...
Pasya Firmansyah
Pasya Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Life Must Fight

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan

17 Oktober 2011   07:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:51 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

< ?xml:namespace prefix = o ns = "urn:schemas-microsoft-com:office:office" />

PERTEMUAN

Oleh

Pasya Firmansyah

*Persembahan dari hati untuk dia yang jauh di
mata
*

< ?xml:namespace prefix = v ns = "urn:schemas-microsoft-com:vml" />

Tidak
terasa waktu begitu cepatnya berlalu. Seharusnya sejak dulu aku sudah habiskan
waktu bersamanya. Sebelum perasaan takut akan masa depan bersarang di benaknya.
Rasa takut yang mungkin saja di miliki segenap kaum Hawa. Biarpun demikian
ternyata malam ini aku sangat beruntung dapat bertemu kembali dengannya.

H
-2

Tidak
banyak hal yang dapat di kerjakan sebagai seorang tenaga kerja outsourcing. Kesehariannya hanya menunggu
perintah dari atasan atau membicarakan orang lain. Karyawan outsourcing di tempat ini hanya sebagai
alas kaki bagi pekerja tetap lainnya, “Kalau suka silahkan ikuti aturan dan
terus bekerja. Kalau tidak suka silahkan cari tempat yang lebih baik”. Outsourcing hampir sama dengan mayat
hidup. Sebagian dari padanya memiliki prinsip yang sama “Dari pada tidak kerja,
dari pada anak dan istri terlantar?!”. Di perusahaan ini Outsourcing terdiri dari beberapa golongan jabatan. Administrasi,
pengantar surat, security, tehknisi
komputer, cleaning service, pengantar
minum serta semua pekerjaan berat lainnya. Tidak ada jenjang karir, tidak ada
tunjangan hari tua, tidak ada pesangon dan juga tidak ada upskilling. Uang bulanan yang di dapatkan, cuma sekedar untuk gali
lubang-tutup lubang. Mencari pinjaman dan membayar pinjaman. Sesekali waktu aku
ber-fantasi tentang sebab-musabab keberadaan outsourcing. Keberadaan outsourcing
di tempat ini tidak lain hanyalah sebagai alat balas dendam kesumat dari pada
kaum intelektual. Dapatlah di
bayangkan, jika semasa sekolah dulu ada satu orang juara kelas yang setiap
waktunya di isi dengan belajar. Seorang kutu buku yang menarik diri dari
lingkungan sosialisasi-nya dan merubah dirinya sebagai seorangpublic
enemy
. Hingga akhirnya setelah berada dalam posisi kemapanan, seorang
jawara kelas tersebut melampiaskan masa lalu-nya dengan cara mengelompokkan
manusia pada kasta kepandaian dan kekayaan. Dan dampak lainnya adalah berbagai
kasus korupsi yang semakin marak terjadi, selalu berasal dari kalangan kaum intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun