Hari hari merangkak terseok
Pagi mengejar senja, lalu senja dijemput pagi
Dan ramadhan akan segera pergi
Hari raya menanti
Anak anak merengek meminta baju baru
Para ibu menyiapkan berbagai makanan untuk sanak saudara kerabat dan handai taulan
Aku ...
Bagaimana aku memupus kerinduanku
Bagaimana aku bersimpuh di telapak surgaku
Peraturan telah ditetapkan bahwa aku tak boleh pulang
Aku hanya bisa memeluk lutut seraya mengenang wajah ibu
Aku tau
Saat idul fitri nanti ia pasti akan menangis mengingatku
Ibuku yang sama sebatang kara seperti aku di perantauan ini
Ya Rob ...
Dadaku terasa begini sesak, lalu bagaimana dengan ibuku yang renta itu
Aku sudah membelikannya baju dan mukenah baru, tapi aku tak bisa menyampaikan dengan tanganku
Mengenang andaikan aku bisa datang
Mengurai titik kerinduan yang begitu besar di matamu
Membuka halaman halaman senyum di wajahmu yang layu,
Ibu ...
Oh alangkah sempitnya tenggorokanku
Alangkah sempitnya jarak kemampuanku
Lalu dimanakah kesempatan bagiku
Bagi ibuku
Akhirnya disudut kamar kost yang sempit ini
Aku hanya bisa mengenang andai aku datang
Enyahkan titik kerinduan dengan secangkir tanya di Muka Tuhan
Adakah jalan pulang
Atau masih akankah ada kesempatan sua pada ramadhan mendatang
Kepahiang, 6 Mei 2021
12.59
Bias Asa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H