Embun telah bias sedari tadi
Kuncup kuncup bunga tersipu dicium mentari
Sepuluh jari menangkup di wajah bulan yang tertinggal oleh malam
Bulan yang lelah sedang di dahinya terjurai ribuan mendung
Aduhai ... Betapa berat persaksian persaksian yang harus ia pendam
Ada pada malam malam ia melihat sepasang mata wanita tak pejam menahan tangis
Sementara disisinya ada malaikat kecil yang tiap kali terbangun harus melihat ia tersenyum dengan panggilan dan elus penuh sayang
Lalu pada sisi malam yang lain ia melihat laki laki membelah jalanan
Menahan rindu yang begitu jalang
Ia tak mungkin menangis karna ia adalah laki laki
Persaksian persaksian yang membawa luka itu
Kepada siapa akan bulan sampaikan
Sementara malam saja meninggalkan
Bintang bintang pergi menjauh
Sedang matahari ... ia sendiri sibuk menghantar milyaran makhluk dengan berbagai persoalan
Bulan mengerjapkan matanya yang lelah
Lalu ia bersandar pada gumpalan awan
Penuh malu ia sampaikan
Awan ... maafkan aku, padamu yang hanya sesaat hadir ini aku ingin sampaikan
Aku benar benar lelah
Aku tak lagi mampu menopang langkah
Sementara pada malam malam nanti aku masih harus berjaga
Rasanya aku tang sanggup jika harus menjadi penyaksi
Satu
Dua
Tiga
Empat
Hingga ribuan luka berikutnya
Kepahiang, 15 April 2021
09.41 wib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H