[caption id="attachment_374092" align="aligncenter" width="300" caption="sindo"][/caption]
Kata dualisme beberapa watu lalu sempat populer, pada saat itu dunia sepak bola kita di guncang dualisme yang hampir meruntuhkan pesepakbolaan bangsa ini. Kali ini nampaknya “dualisme” menular ke sistem pemerintahan kita. Seperti kita ketahui bersama beberapa waktu lalu kita telah melaksanakan pesta demokrasi, yang memunculkan presiden baru kita Jokowi-JK, namun bisa dibilang persaingan pemilu lalu adalah yang paling seru dan sangat heboh, pasalnya melahirkan beragam kontrofersi.
Munculnya dua kubu yang memiliki sosok sentral dengan masing-masing karakternya, KMP dan KIH. Keduanya bisa dibilang sama-sama kuat KMP yang mengusung Prabowo-Hatta dengan dukungan kekuatan Gerindra, PPP, PAN, PKS, Partai Golkar plus sinyal Demokrat. Bisa dibilang unggul atas KIH dari segi jumlah. KIH yang mengusung Jokowi –Jk dengan dukungan kekuatan PDIP, Nasdem, Hanura, dan PKB memang dari segi jumlah dan akumulasi perolehan suara partai memang nampak dibawah dari KMP namun KIH memiliki keunggulan dari sosok Jokowi dengan citra positifnya sejak kemunculannya beberapa waktu lalu.
Jalannya pemilu sangat seru dan memanas karena kedua kubu saling black campaign, saling menjatuhkan, dan saling melempar isu negatif. Pemilu usai Jokowi-Jk dengan koalisi ramping mampu unggul atas Prabowo-Hatta dengan koalisi gemuk. Kita mengira babak perselisihan kedua kubu akan usai sampai disini, namun ternyata malah muncul babak baru.
Koalisi ini terbawa dan malah diresmikan dan ditetapkan di pemerintahan, KMP Dan KIH semakin solid dengan membuat kubu masing-masing di DPR. Satunya karena merupakan koalisi pemenang pilpres dan satunya dengan tujuan agar bisa ikut memantau jalannya pemerintahan. Namun justru seperti tampak terjadi dualisme pada pemerintahan khususnya DPR. Penuh kontrofersi, saling adu stategi dan saling berebut kepentingan.
Kita semakin dibuat bingung akan seperti apakah jalannya pemerintahan baru ini, akan dibawa kamanakah rakyat bangsa ini. Kita sebagai rakyat hanya bisa melihat, dan terkadang sampai merasa jenuh melihatnya, rakyat telah malas memikirkan pemeritahan baru ini dangan beragam kontrofersi. Walaupun beberapa media memberitakan ketegangan kedua kubu akan atau telah berakhir, dan kitapun berharap demikian.
Kita harus tetap positif thinking, “siapa tahu” kedua kubu memang sedang memperjuangkan kepentingan rakyat namun dengan sudut pandang mereka yang berbeda satu sama lain. Kita hanya bisa berharap semoga kedua kubu benar-benar sedang memperjuangkan kepentingan kita (rakyat) dan semoga kebijakan yang diambil tidak menyusahkan kita (rakyat) serta dengan pemerintahan baru ini semoga bangsa tercinta ini bisa maju dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H