Dulu ketika saya masih kecil saya bebas bermain tanah, pasir, hingga Lumpur. Menjadi hal biasa ketika pulang ke rumah dengan baju kotor baju penuh noda tanah atau getah tanaman. Getah tanaman diperoleh karena bermain suka blusukan di kebon mencari daun untuk dijadikan uang atau bunga untuk main masak-masakan.
Mungkin di antara Kompasier juga ada yang punya pengalaman bermain masak-masakan daging menggunakan bekas pohon pisang yang ditebang. Dagingnya bekas potongan itu kalau diiris-iris mirip lembaran daging sapi. Ada yang pernah bermain ini di masa kecil?
Bermain tanah atau pasir itu menyenangkan. Saya ingin anak saya juga merasakan kesenangan itu.
Kini, saya memberikan kebebasan pada anak-anak saya untuk bermain kotor alias bermain tanah. Anak-anak masa kini sudah kehilangan tempat untuk bereksplorasi dengan lingkungan yang sesungguhnya. Eksplorasi mereka hanya sebatas layar ponsel atau monitor.
Anak-anak saya sudah begitu lihai dengan gawai. Tapi, saya masih bersyukur mereka tidak mencandu gawai. Mereka masih mau dihentikan saat sudah kelewat batas.
Memang tidak mudah mengalihkan mereka dari layar sentuh, tapi itu bisa dilakukan jika orangtua mau. Aktivitas permainan seru bisa menjadi pilihan mengalihkan anak dari gawai.
Sebagai orangtua masa kini, rasanya memang sulit menghindarkan anak pada gawai. Bagaimana bisa dihindarkan, sejak keluar dari rahim ibunya, bayi sudah dihadapkan pada cekrak cekrek kamera dan video shooting. Â Betul khan?
Yang bisa dilakukan orangtua adalah mengimbanginya dengan aktivitas yang bisa mengalihkan perhatian anak dari si layar sentuh.
Aktivitas apa yang bisa mengalihkan anak-anak dari si layar sentuh? Bermain bebas atau bebas bermain sesukanya bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari si layar  sentuh. Tentu aktivitas bermain ini harus dilakukan dalam pengawasan orangtua.