[caption id="attachment_369883" align="aligncenter" width="606" caption="Foto Ketua IMIPA Yemto Tabo dan Femtom Salossa Bersama Anggota Ikatan Mahasiswa Indonesia Papua (IMIPA) / foto Suluttoday edited P.Lokon"][/caption]
TEAM INVESTIGASI IMIPA PUSAT-SULUT
Ikatan Mahasiswa Indonesia Papua telah membuat tim Ivetigasi atas pembunuhan almarhum Petius Tabuni Oleh IMIPA Sendiri.
Dibawa ini adalah hasil Pengakuan Dari Kronologi yang benar Oleh Mahasiswa Papua sesuai Kronologinya.
Sekitar jam 02.30 WITa Awal Mula Masalah
(W K) yang mengendarai mobil Avanza, bersama dengan temannya J K dan KA, Sekitar jam 2 keluar cari akua di Tataaran dekat antara Pertigaan dan Atm, mencari toko tapi tidak ada yang buka pada saat itu, kemudian menoleh ke arah ATM ada seorang berhadapan dengan (L dan S) yang sedang beradu argumen. Sehingga saya lekas turun dari Mobil dan saya menghampiri mereka dan mengatakan, bapak “biarkan mereka. Kemudia bapak itu membiarkan mereka, Saya pun berjabatangan dengan bapak itu. Kemudian saya menyuruh mereka untuk segera kembali ke asrama Kamasan VI. Karena saya berlawanan arah dengan mereka sehingga saya memutar mobil untuk bisa mengawal mereka. Pada saat saya memutar mobil, mereka (Lazarus Lambe dan Semi Lambe) sudah mengunakan motor mendahului saya, menuju ke arah asrama Kamasan VI. Setelah saya memutar mobil dan mengikuti mereka dalam perjalanan menuju asrama, kedua teman mahasiswa (L L dan S L) sudah di keroyok, ada beberapa yang menggunakan Pisau dan pedang. Karena kami melihat mereka mengeroyok Lasarus dan semi sehingga kami menuju asrama untuk sampaikan pada teman-teman di asrama, dengan maksud pergi menyelamatkan mereka dengan baik. Ketika saya sampaikan pada mereka, teman-teman yang lagi mebuat syukuran pada acara wisuda mahasiswa itu, sehingga mereka yang mendengar ikut kembali ke tempat kejadian perkara. Jarak dari asrama ke TKP sekitar 700-800 meter.
Hal yang sama di katakan oleh kedua Mahasiswa (L dan S) Awal mula tujuan ke ATM BRI, tepatnya di pangkalan ojek atau di depan ATM Bank Sulut. Disana kami bertemu dengan seseorang yang mengaku diri keamanan disekitar situ, untuk menyuh kami pulang. Sehingga kami pun bertujuan untuk kembali ke asrama,bersamaan dengan itu ada teman kami yang datang mengunakan mobil. (W) mereka menggunakan Mobil Avanza, kami kembali ke asrama Kamasan VI Tondano, sewaktu dalam perjalanan menuju asrama tepatnya di selokan sungai JEMBATAN KUNING, karena pada saat itu saudara (S) topinya tertiup angin hingga jatuh dan maksud kami untuk mengambil topi (S L) yang terjatuh.
Sekitar jam 03.15 WITa
Pada saat mereka menggambil topi tersebut kemudian ada suara orang yang tidak dikenal, karena gelap, dia berkata “KIAPA NGANA” (Kamu kenapa), bersamaan dengan itu ada sekitar 7 orang lainnya,mengejar kami berdua (L L dan S L) ketika kami berusaha untuk menghidar atau berlari kemudian mereka mengejar kami (L dan S ) , dan ada yang menggunakan motor. Yang mengunakan motor yang menyelip di depan kami, mereka melakukan penganiyaan (menendang Sendi dan terbentur Lazarus, lalu kami berdua jatuh, kata Lazarus), kemudian kami berdiri namun mereka memukul kami mengunakan tangan, kemudian kami berlari dan terpencar ketakutan dan ada yang mengancam kami mengunakan pisau dan Pedang. Sehingga saya (Lazarus) berlari menuju persawahan warga, dan adik saya (Semi) berlari menuju ke sekitar area Asrama Raja Ampat, ada seorang ibu yang melihat saya dan menyuru saya masuk kedalam asrama.
Sekitar jam 03.45 WITa
Saya (kata Lazarus) berada di tempat persawahan disana sekitar 30 menit, kemudian saya mendengar ada beberapa suara dan saya kenal kalau itu teman-teman mahasiswa papua dari asrama Kamasan VI. Sehingga saya berani keluar dan menemui mereka dan mereka menyuruh saya pulang ke asrama kamasan.
Sekitar jam 03.45 WITa
(Semi) Sewaktu di asrama raja ampat saya bersembunyi, disana ada seorang ibu diasrama yang melihat saya, sehingga ibu itu mengatakan masuk ke dalam rumah (asrama raja ampat). Setelah sekita 25-30 menit berlalu, saya mendengar ada suara teman-teman mahasiswa papua mereka mencari saya sehingga saya memberanikan diri untuk keluar dengan maksud menemui mereka. Saya mengambil motor pada saat yang sama, saya mendengar ada yang menghunus Pedang di atas aspal (sebelah Barat) sehingga saya meninggalkan motor dan saya merapatkan barisan bersama dengan teman-teman asrama.
Sekitar jam 04.00 WITa
Rombongan I. Teman Kami (Frans Jikwa) Pada yang menuju ke depan pertigaan jalan Tataaran. Karena pada waktu itu anak-anak tidak berhasil bertemu dengan kedua teman (Lazarus dan Semi) sehingga anak-anak MELAMPIASKAN KEMARAHAN MEREKA “secara spontanitas ke rumah-rumah warga”). Rombongan ke II mahasiswa asrama kamasan yang bertemu dengan mereka tak lebih dari 15 menit mereka menyusul Rombongan I (Pertama), rombongan ke II ini, yang bertemu dengan kedua (Lazarus dan Semi)
Sekitar jam 04.00 wita
Warga TATAARAN mulai berkumpul satu persatu dan semakain banyak, warga tataaran dengan membawa benda tajam (Pedang, parang dan Tombak) maupun benda tumpul (Kayu, besi dan Batu), Disitu juga ada anggota kepolisian yang ikut bergabung bersama masyarakat dan melempari mahasiswa papua di RUAS JALAN JEMBATAN KUNING tersebut.
Pada saat Bentrokan antara Warga Tataaran versus Mahasiswa papua, pada saat itu saudara (sdr.Lazarus) keluar dari barisan sehingga dia (sdr Lemius) terkena goresan pedang dengan luka berat warga tataaran. Teman-Teman Mahasiswa Papua berupaya untuk menyelamatkan sdr. Lemius, serta ditandu menuju asrama, semua teman-teman di asrama melihat (sdr.lemius) yang bersimbah darah mereka tidak menerima perlakukan warga tataaran.
ALMAHRRUM PETIUS TABUNI melihat keponakannya (sdr.Lemius Jikwa) berlumuran darah, maka Almahrum tidak menerima kenyataan (Pamanya di pukul dengan Balok oleh warga tataaran), Almahrum marah dan bersama-sama dengan Mahasiswa di Asrama menuju kerumunan warga Tataaran di depan ruas jalan Tataaran, Kejar kejaran antara warga Tataaran vs mahasiswa papua silih berganti saling menyerang dimana Warga Tataaran mengunakan beberapa alat tajam (Pedang, Parang, pisau dan Tombak dan alat tumpul lainnya (tidak bisa dipastikan), sehingga mahasiswa papua terdesak mundur ke asrama kamasan VI. Disana semua warga Masyarakat Tataaran sudah berkumpul dengan maksud mereka masuk dan menyerang Mahasiswa Papua yang berada di asrama kamasan VI, jumlah yang saat itu mengikuti syukuran dan acara wisuda dan terjebak dengan keadaan penyerangan warga tataaran berjumlah 447 orang, itu terdiri dari mahasiswa papua yang berkuliah di Tondano, Tomohon dan Manado.
Di Asrama Kamasan semakain banyak warga Tataaran yang sudah berkumpul dan melempari Asrama Kamasan VI dengan Batu, mereka juga mempersenjatai diri dengan benda tajam (Panah wayang, Pedang, Parang, Pisau, Tombak), benda tumpul (Kayu, Batu, Besi) ada yang menggunakan senapang angin. Pengepungan ini, terjadi hingga siang hari sekitar jam 11.00 WITa. Warga Tataaran juga mengintimidasi Mahasiswa Papua di semua asrama kabupaten-kabupaten/Kota se tanah papua lainnya yang berlokasi di Wilayah Tataaran, hingga akhirnya polisi silih berganti menjemput mahasiswa di tiap asrama. Polisi juga mengamankan asrama-asrama kabupaten-kabupaten/kota yang berada di Tataaran. Ketika semua mahasiswa yang diungsihkan sementara di asrama Putra Kamasan VI di perkirakan berjumlah 600an orang mahasiswa papua yang berada di Tondano, dimana mereka semua berkuliahan di UNIMA Tondano.
Oleh: P.Lokon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H