Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mereka adalah Sesamaku yang Belum Beruntung

24 Januari 2012   10:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:30 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin aku berada pada tempat yang keliru kali ya?
Atau bisa jadi jiwa ini salah tempa kali ya?

Hari ini angin bertiup agak kencang, jemuran pada terbang, pepohonan ada yang tumbang.
Selagi mengawasi Juniorku yang asyik bermain, tiba-tiba ada suara grumbiaaaaaaang gredebuuuuukkk, segera aku berdiri dan mencari tahu apakah gerangan yang telah jatuh.

Oh... ternyata barang bawaan seorang Ibu telah terjatuh di tengah jalan ketika hendak melewati truk yang sedang parkir. Aku segera berlari ke arahnya bermaksud membantunya, namun Ibu itu telah mengangkat dengan susah payah dan meletakkannya di pinggir jalan, lagi-lagi aku kurang gesit nan lamban.
Aku perhatikan Ibu setengah baya ini dengan nafas terengah-engah diterpa teriknya matahari dan bawaan cukup berat, beberapa karung berisi barang rongsokan dan botol-botol bekas digendong menggunakan jarik.

Aku hanya terdiam, terpaku memandang sosok yang ada di depanku.
Dengan tatapan sangat bersahaja, dari bibir yang kering... permisi pak, aku nitip barangku sebentar yah [demikian yang kutangkap karena beliau berucap dalam bahasa jawa]. Monggo Bu, lalu Ibu itu melangkah pasrah, dua karung masih ditinggal di depan rumah.

Saatnya menjemput anak di sekolahan.
Aku mengambil sampah yang sebelumnya sudah aku masukkan kantong kresek tuk dibuang di TPS sementara. Aku mencoba mengangkat dua karung berisi rongsokan besi besi Ibu tadi, hmmm... aku bisa membawanya.
Tanpa pikir panjang segera kuangkat karung tersebut dan kuletakkan di atas motor.
Dari belakang si Ibu, aku melihat salah satu karung yang dibawanya terjatuh lagi. Lalu aku hampiri, Ibu.. ini mau dibawa kemana?
Aku mau ke kota, bareng aku saja... Terima kasih pak, ini cuma mau dibawa ke situ... dekat kok... waduh sudah ngerepotin.
Tidak apa-apa Bu, ini tidak repot kok. Ibu ini sungguh "tidak mau" dibantu.
Karung ini aku letakkan di perempatan sana aja ya Bu?...
Aku segera mendahuluinya dan karung aku letakkan di sudut perempatan jalan.

Aku melanjutkan perjalananku, berhenti di TPS sementara. Kresek berisi sampah aku turunkan dan letakkan agak ke di dalam [biasanya langsung lempar dari atas motor] berhubung di situ ada bapak-bapak sedang duduk memilah dan memilih sampah yang kira-kira bisa diuangkan.
Ahg... lagi-lagi aku melihat pemandangan yang sudah tidak asing lagi dan membuat hati ini teriris, terkoyak!
Setelah kuperhatikan dengan seksama, ternyata Bapak ini sedang memilah sisa makanan dari tumpukan sampah.

Haaaaaggghhh... bukan kali ini saja pemandangan ini terjadi, beberapa Ibu renta dan Bapak-bapak usia senja kerap silih berganti bergelimang sampah demi sesuap nasi.
Jelas dari pemandangan ku, mereka bukanlah orang tidak waras.
Mereka adalah sesamaku yang belum beruntung, mengais sampah demi sesuap nasi saat ini, entah sampai kapan.

Sesamaku... uang receh di kantongku terbatas, hanya cukup tuk sekali makan, belilah makanan layak makan di warung. Soal esok, biarlah itu urusan Tuhan, mungkin ada yang tergerak membantu melebihi kemampuanku hari ini.
Oh... Tuhan... tolonglah mereka. Mampukan kami saling mengasihi, saling membantu.

Daniel Pasedan Terkoyak,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun