Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beasiswa Kuliah untuk Nenek

27 Februari 2014   16:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:25 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kata orang, belajar sampai ke negeri orang. Anan bilang, Pak... sekolah itu tidak perlu tinggi-tinggi! yang terutama adalah niat dan kesungguhan untuk belajar. Pesan Nenek, suatu saat saya akan kuliah, entah kapan namun itu pasti! Kataku, belajar itu selama masih bernafas.

Siang yang panas membuat badan gerah. Satu persatu Guru PAUD berdatangan memenuhi undangan melalui semes. Kursi barisan depan terisi terlebih dahulu lalu disusul barisan belakang, mereka duduk anteng sedikit tegang. Membuka buku catatan sikap sempurna siap menulis.

Saya masih sibuk mempersiapkan peralatan untuk proses belajar jarak jauh. Alunan musik instrumen perlahan mengalihkan perhatian.

Selamat siang semuanya, selamat datang, terimakasih sudah hadir memenuhi undangan. Sambil kita menunggu yang lain, baik kita mulai saja dengan menyanyikan lagu dan kita buka kelas kita siang ini dengan doa yang akan dipimpin oleh... siapa yang bersedia? Silahkan.

Sambil saling tengok, siapa gerangan yang akan memimpin. Tiba-tiba seorang Ibu yang duduk di barisan belakang berdiri. Boleh saya pimpin? Silahkan Bu di depan.

Sebelum kita menyanyi, bolehkan saya memperkenalkan diri dan mengungkapkan perasaan saya? Silahkan Bu.

Terima kasih yang tiada kira atas kesempatan yang diberikan. Saya sungguh berbahagia boleh ada dan berdiri di sini sebagai salah seorang penerima beasiswa TRAMPIL.

Saya adalah guru honor di PAUD X dan sudah sepuluh tahun saya mengabdi di sana. Anak saya lima dan sudah punya cucu. Suami saya seorang tukang, suatu waktu suami saya jatuh saat sedang mengerjakan rumah dan mulai saat itu suami saya lumpuh. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, saya bekerja banting tulang. Saya menghidupi kedua orang tua saya, mertua saya, anak-anak dan suami. Saya mulai merinding, bulu-buluku berdiri tegak.

Segala pekerjaan yang halal saya lakukan demi menghidupi dan membiayai sekolah anak. Saya mulai honor di TK Y dua tahun tetapi karena guru terlalu banyak akhirnya saya jadi bujang (petugas kebersihan) merangkap satpam sekolah.

Apapun yang bisa menghasilkan uang saya lakukan. Bisa dibayangkan saya seorang perempuan dan harus menjadi tulang punggung keluarga. Mulai saat itu suami saya tidak bisa lagi bekerja dan saya harus menggantikannya.

Apa yang saya harapkan dan sangat dambakan adalah suatu waktu saya akan kuliah melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Meskipun saat ini saya adalah seorang Nenek, tapi saya sangat ingin terus belajar dan mau mengembangkan diri untuk pelayanan bagi anak-anak dan sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun