Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Menyanyi Bisa Menjadi Kekuatan Bagi Istri Saat Berjuang Melahirkan

23 September 2011   18:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:41 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sambil mengelus dahinya dengan lembut, kugenggam erat tangannya lalu kunyanyikan sebuah lagu yang tiba-tiba hadir di kepala"

[caption id="attachment_132910" align="alignleft" width="313" caption="gambar : esq-news.com"][/caption] Semenjak istriku satu-satunya ketahuan hamil oleh   penerawangan sang dokter, maka sejak saat itu kami rajin mengunjunginya paling tidak sekali dalam 2 minggu. Pada usia kehamilan 4 bulan, dokter langganan mengatakan bahwa kemungkinan besar proses persalinan dengan caesar. Agh sungguh tidak nyaman mendengar informasi tersebut. Kami sangat menginginkan agar nanti proses persalinan bisa berjalan normal. Untuk itu berbagai informasi seputar kehamilan dan persalinan kami bahas rutin setiap malam menjelang tidur, menjadi rutinitas baru sambil membacakan cerita bagi si janin dengan iringan musik klasik. Berdasarkan informasi dari tetangga dan kawan-kawan, akhirnya kami mengunjungi bidan yang konon sudah sangat tua dan "tangannya dingin". Benar saja, walau usianya sudah sangat senja namun sorot mata yang tajam dengan sapaan yang lembut riang membuat kami tidak ragu mempercayakan proses melahirkan sang istri kepadanya. (sekarang beliau almarhumah) Tempat tinggalnya yang sekaligus menjadi klinik bersalin puluhan tahun terkesan sederhana, perabot dan peralatan cukup lengkap. Beliau ditemani oleh bidan-bidan paruh baya yang setia membantunya. Minggu demi minggu kami lewati, kami tepat waktu sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh bidan Alik untuk datang ke tempatnya melakukan pemeriksaan. Beliau selalu memberi tips apa saja yang harus dilakukan, seperti olah raga ringan, makanan minuman yang harus dikonsumsi. Hal yang paling berkesan adalah wejangan-wejangan beliau tentang semangat serta bagaimana pengaruh peran perhatian suami terhadap istri saat hamil. Sungguh luar biasa beliau ini walau tidak mengenyam pendidikan seperti para dokter sekarang, namun kemampuan serta cara menghadapi para ibu-ibu hamil sungguh luar biasa melebihi para dokter. Hari-hari penantian kelahiran membuatku khawatir, capek, semangat, gembira, was-was... Kira-kira jam 5 sore, istri mengatakan jika dia merasa agak aneh dan sepertinya sudah saatnya mau lahir. Saat itu juga kami menuju ke tempat Bidan Alik. Setelah melakukan pemeriksaan, beliau mengatakan bahwa sudah saatnya tuk lahir, istri diminta untuk jalan-jalan di emperan. Nek apakah perlu caesar?... Tidak perlu, istri kamu kondisinya sangat baik, dan bayi laki-laki yang ada di kandungannya pun posisinya normal dan sehat. Kamu tidak usah khawatir! Beliau sungguh lihai meredam kepanikanku. Pa, aku tidak mau melahirkan! Tiba-tiba saja istriku merasa ketakutan, saya memahaminya karena memang jauh dari orang tuanya dan saat itu tidak ada keluarga yang menemani,  cuma kami berdua. Ya tidak apa-apa kalau tidak mau melahirkan, kalau begitu kita ke rumah sakit saja dan katanya tidak sakit kalu di caesar... mendengar celotehku akhirnya dia pasrah dan kembali semangat seperti sedia kala... sekitar pkl. 19.00 saat sedang mondar-mandir di teras rumah bersalin, tiba-tiba cairan agak banyak keluar, dan rupanya ketuban pecah. Segera saya panggil bidan asisten yang tidak jauh dari situ dan saya membimbingnya ke tempat bersalin. Sambil mengelus dahinya dengan lembut, kugenggam erat tangannya lalu kunyanyikan sebuah lagu yang tiba-tiba hadir di kepala. Tiba-tiba suara mengejan berubah menjadi lagu, istri saya pun ikut menyanyi sembari ngejan. Irama dan volume suara yang tadinya pelan berubah seiring dengan usaha mengejan sang istri. Saat kepala bayi sudah sampai di pintu... yaaaa kamu memang ibu hebat... sedikit lagi... satu... dua... tiga... begitu komando bidan yang tegas namun lembut di telinga... sesaat kemudian... Wuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa... wuaaaaaaaaaaaaaaaaa... wuaaaaa.... terdengar nyanyian  pendatang baru menghentikan nyanyian kami berdua... Ku tatap matanya, dan kubisikkan anak kamu cantik! dia membalas dengan senyum dan mengatakan terima kasih pa... terima kasih Tuhan. Proses persalinan tidak sampai 15 menit... dan keluarlah bayi perempuan cantik... Pa... namanya siapa..., namanya seperti lagu tadi, Terima kasih Tuhan, semua berjalan normal, Terima kasih atas bayi cantik ini... Terima kasih Bidan, atas bantuannya... atas nasehatnya... atas semuanya... Daniel Desianto Pasedan

Sorry Bro! jangan divote aktual atau bermanfaat atau menarik apalagi bermanfaat, menyanyi sajalah !

Catatan buat para suami : Anda wajib mendampingi Istri Anda saat dia berjuang melahirkan, JANGAN sekali-kali mendampingi istri orang lain!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun