Mohon tunggu...
Pascalis PeWe
Pascalis PeWe Mohon Tunggu... Full Time Blogger - wirausaha sejak usia 37 th

Jangan takut memulai usaha, yang kamu takutkan justru ketika kamu terlambat memulainya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jogja Fashion Week 2010, Ogah Jadi Tontonan

7 Agustus 2010   03:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jogja Fashion Week -JFW 2010 kembali akan digelar 27-31 Oktober 2010. Mengambil tema The Recent Future, JFW 2010 tahun ini akan melibatkan puluhan perancang dari Jogja, Semarang, Bali, Jakarta, bahkan Kalimantan dengan berbagai kegiatan apresiasi tren mode 2010. "Berbeda dengan tahun lalu, dengan berbagai evaluasi maka kami memindah lokasi penyelenggaraan dari pagelaran Kraton ke Arjuna Hall, JEC Yogyakarta. Secara konsep juga berbeda yaitu menggelar pagelaran sebagai presentasi tren mode dan bukan sekedar tontonan', tegas Afif Syakur, Ketua III JFW 2010, sekaligus perajin batik senior Jogja. Afif boleh gregetan dengan dampak yang tak terlalu besar dari JFW sebelumnya. Apalagi respon masyarakat dan media justru mengarahkan apresiasi JFW pada tontonan gratis yang glamor. Hal ini dibuktikan dengan penuh sesaknya penonton saat pagelaran busana sekaligus melimpahnya buket bunga kepada sang perancang. [caption id="attachment_218346" align="alignright" width="225" caption="afif syakur saat perscon"][/caption] Masyarakat Yang Keheranan Saya dapat mengatakan bahwa audiens JFW adalah masyarakat yang keheranan atas sesuatu yang "asing" dari nya. Persis sama saat mereka melihat robot canggih, bule berpakaian mini, artis ibukota, dan produk luar negeri. pada konteks JFW audiens dibuat bengong dengan model model cantik berbaju glamour meski "belum" tentu dipakai sehari hari. Bagi saya hal itu wajar, wong  adanya seperti itu masak dilewatkan. Kapan lagi ada tontonan mode gratis yang memanjakan kita pada kemewahan. JFW 2010 Terbatas Untuk Umum Klo panitia gregetan karena impact yang kecil, Disperindagkop Prop DIY justru mau menarik dukungannya bila penyelenggaraan tahun ini tidak terarah. Hasilnya sebuah pagelaran nan ekslusif sekitar 300 undangan atau tiket yang dijual umum. Yang diundang pun hanya para pengamat mode, desainer ibukota, buyer dan pejabat. Wah, enak juga jadi pejabat. Dibayar mahal banyak tawaran hiburan lagi. JFW 2010 Tren Kelas Menengah Atas Sederhana saja logikanya, bila sebuah event dibuka secara terbatas -undangan dan penjualan tiket- sementara visi-misi nya mencoba memperkenalkan dan memperluas jaringan pasar industri kepada pelaku bisnis dan bahkan menyosialisasikan pad amasyarakatr lebih cinta dan bangga menggunakan produk dalam negeri, APA YA AKAN BERHASIL??? wong digeber aja efeknya ndak terlalu besar. Sementara pasar Beringharjo dan baju batiknya, trotoar kaki lima malioboro dan baju batiknya tetep punya gaya mode sendiri dengan trenya. Belajar Dari Solo Batik Carnival Rangkaian JFW 2010 ini hanya punya kegiatan Fashion Competition, Pameran dagang, dan carnival saja. Tanpa ada ilmu dan pengetahuan yang digebyah uyah atau ditawarkan secara massal.  Yogya sesekali rendah hati belajar dari saudara tuanya SOLO dengan Solo Batik Carnival. Konsep SBC memang tak murni lahir dari Solo karena mengadaptasi dari Jember Batik Carnival, meski demikian Solo punya komitmen membangun imej kota batik sekaligus mengebyah uyah keseluruh penjuru solo untuk mengajak warganya belajar membuat baju carnaval. Setahu saya peserta SBC adalah siapapun yang ingin mendaftar. Soal membuat kostum, pemerintah kota membuka workshop dan pendampingan setiap minggu, setiap hari pada peserta. Jadi tinggal bawa bahan bahan, kemudian datang di pelatihan, diajari caranya membuat kostum. Sampai selesai. bila kostum tersebut menang dalam SBC maka diajak untuk mewajili Solo di Karnaval yang lebih besar di luar negeri. asyik ya....ada dukungan, konsep mengenalkan kepada semua warga, gratis ning modal bahan busana....eksis lagi.... dan apa kabar dengan Jogja....Perancang Busana....ilmu mu...untuk apa bila tak dibagi ke perancang kelas teri yang memadati trotoar malioboro dan beringharjo dengan desain desain baju batiknya????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun